- JALAN-JALAN KE BEBERAPA MUSEUM DI JAWA BARAT
13 Nov 2001 - 9:45 pm
MUSEUM GEOLOGI
Museum Geologi terletak di Jl. Dipanegoro Bandung. Museum ini Didirikan bersamaan dengan pembangunan Laboratorium Geologi, yang menjadi satu kesatuan dengan pembangunan Gedung Sate (Gouverment Bedrijven atau "GB"). Bangunan Museum Geologi dirancang oleh Arsitek Menalda Van Schouwenburg dengan biaya pembangunan sebesar 400.000 Gulden. Pelaksana pembangunan ditangani oleh kontraktor Firma Lim A Goh yang beralamat di Jl. Pacinan Lama Pasar Baru Bandung. Untuk menyelesaikan bangunan Museum Geologi itu dikerahkan sebanyak 300 orang pekerja. Peresmian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei 1929 yang disaksikan oleh para undangan dan tamu dari mancanegara, diantaranya para peserta Fourth Pacific Science Congress yang diselenggarakan di Aula Kampus Technische Hogeschool di Bandung.
Museum Geologi Bandung merupakan asset nasional yang berharga, koleksinya terdiri dari 3.894 jenis batu-batuan, fosil binatang purba, fosil foraminifera (binatang laut bersel satu), diorama, peta geologis, peralatan tambang, pengeboran minyak, proses penyulingan minyak, hasil penelitian geologi di lapangan, vulkanologi, arsip ilmiah, dan berbagai jenis benda geologis. Pada awal perang kemerdekaan, sejumlah arsip penelitian geologi di Indonesia, dicari-cari dan sangat dikehendaki oleh NICA. Tapi untungnya semua arsip ilmiah tersebut terselamatkan oleh Arie Frederick Lasut ke Bukittinggi, Sumatera Barat.
Koleksi langka lainnya yang berhasil diselamatkan pada awal revolusi Tahun 1945 adalah fosil tengkorak manusia purba yang dibawa oleh seorang pegawai bernama Jatikusumo untuk diselamatkan. Tengkorak manusia purba tersebut disimpan dalam peti besi dan dibawa keluar negeri oleh penelitinya, yakni Prof.Dr. G.H.R. Von Koeningswald. Kini fosil manusia purba tersebut telah kembali ke tanah air, dan di simpan di universitas Gajah Mada Yogyakarta. Dari seluruh koleksi Museum Geologi Bandung, 95% berasal dari luar Indonesia. Dengan mengunjungi Museum Geologi, kita dapat mengetahui usia bumi, serta awal perjalanan sejarah peradaban umata manusia purba dari zaman dahulu kala.
MUSEUM MANDALA WANGSIT SILIWANGI
Sesaat setelah penyerahan kedaulatan pada bulan Desember 1949, gedung yang sekarang merupakan Museum Mandala Wangsit Siliwangi dijadikan Markas Stafkwatier Divisi Siliwangi yang pertama. Pada tanggal 23 Januari 1950 pukul 09.00 pagi, dengan kekuatan sekitar 800 orang, pasukan "Angkatan Perang Ratu Adil" (APRA), yang terdiri dari anggota KNIL menyerbu Kota Bandung dari arah Utara dan Cimahi.
Salah satu sasaran teror penyerbuan Pasukan Pengacau APRA di bawah pimpinan Kapten Raymond Westerling adalah Markas Stafkwartier Divisi Siliwangi di Oude Hospitaalweg. Dalam penyerbuan itu, jatuh korban dari kalangan Prajurit Siliwangi yang mempertahankan markas Stafkwartier, diantaranya Letkol. Lembong yang namanya kemudian diabadikan menjadi Jl. Lembong, menggantikan nama Oude Hospitaalweg di Bandung.
Museum Mandala Wangsit Siliwangi yang didirikan oleh Kodam Siliwangi tahun 1964 itu menyimpan dan memamerkan benda-benda yang bernilai historis dalam perjuangan Kodam III Siliwangi, antara lain berbagai senjata yang paling primitif seperti tombak, panah, keris kujang, dan bom minyak Molotov Cocktail, sampai senjata-senjata modern yang pernah dijadikan senjata organik prajurit Kodam III Siliwangi. Selain itu, terdapat pula sejumlah bendera, simbol dan tanda kesatuan, dokumen dan data peta hasil rampasan dari musuh, foto-foto perjuangan pasukan Siliwangi, kendaraan lapis baja, kereta kawal panzer baja dari zaman DI/TII.
MUSEUM NEGERI SRI BADUGA
Museum Negeri Propinsi Jawa Barat yang bernaung di bawah Depdiknas, berlokasi di Jalan BKR sebelah Selatan Tugu Bandung Lautan Api di Jl. Tegalega Bandung. Museum ini didirikan 1974 di lahan bekas Kawedanan Tegalega seluas 8.415,5 m2. Bangunan gedungnya mengambil model bangunan tradisional Jawa Barat yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern.
Museum Sri Baduga mengumpulkan dan menyajikan khasanah kekayaan sejarah alam dan budaya. Jumlah koleksi yang sudah terhimpun sampai dengan tahun 1996 ada 4624 buah terdiri dari koleksi geologi/geofisika, biologika, arkeologika, historika, numimatika/heraldika, filogika, keramatologika, seni rupa, dan teknologika. Koleksi yang dominan adalah etnografika, serta koleksi tidak terbatas dari benda realita saja tapi dilengkapi dengan koleksi replika, miniatur, maket dan offset binatang.
Pada tahun 1989-1992 dilakukan renovasi menjadi gedung bertingkat tiga, sehingga penataan ruangan menjadi lebih baik. Penyajian koleksi diupayakan agar pengunjung dapat memperoleh gambaran tentang perjalanan sejarah alam dan budaya Jawa Barat. Begitu pula dengan corak dan ragamnya serta fase-fase perkembangan dan perubahannya. Nama Sri Baduga di ambil dari nama salah seorang tokoh sejarah di Tanah Sunda yaitu Raja Sri Baduga Maharaja yang berkuasa di Galuh dan memindahkan pusat kerajaannya ke Pakuan Pajajaran, yang beritanya tercantum pada Prasasti Batutulis.
MUSEUM PANGERAN GEUSAN ULUN
Museum ini khusus menampilkan keluarga elit tradisional di Sumedang. Di Museum Pangeran Geusan Ulun ini menyajikan koleksi benda budaya yang berasal dari kalangan bangsawan Sumedang seperti pakaian kebesaran Bupati, tombak, keris, mahkota mas, alat rumah tangga, naskah, alat kesenian, dan lain-lainnya. Museum ini terletak di kompleks Pendopo Kabupaten Sumedang sebelah Selatan alun-alun Sumedang, sekitar 42 km sebelah Timur laut Kota Bandung.
MUSEUM POS
Museum Pos menempati salah satu ruangan pada bangunan sayap Timur Gedung Sate yang menjadi Kantor Pusat Perum Pos dan Giro di Jl. Cilaki Bandung. Museum Pos di Bandung didirikan pada tahun 1931, sebagai kelengkapan Kantor Pusat PTT pada Gouverments Berrijven ("GB").
Di Museum ini tersimpan berbagai macam benda pos, telepon, dan telegrap yang menjadi koleksi Museum Pos. Selain itu ada juga kotak surat tempo doeloe, seragam pegawai PTT, alat transportasi Pengantar Surat dan Pos Paket, berbagai macam alat telepon, telegrap serta foto-foto dokumentasi PTT pada masa lalu.
Di museum ini juga terdapat koleksi philately (perangko) yang langka dan paling berharga, seperti perangko seri Prins Willem III (1 April 1864-1868), seri Princess Wilhelmina (1891), dan perangko seri peringatan peristiwa penting, baik di zaman kolonial, zaman Jepang maupun masa kemerdekaan RI.
* (Sumber Ensiklopedi Sunda)