- ACIL BIMBOMelalui Bandung Spirit Mengajak Masyarakat Berperan Aktif Menjaga Ki Sunda
14 Feb 2002 - 4:01 am
Masyarakat luas lebih mengenalnya sebagai Penyanyi Indonesia legendaris yang tergabung dalam Group Musik bersaudara BIMBO. Group musik yang keberadaannya cukup langgeng di Tanah Air tercinta ini, mempunyai ciri khas olah vokal tersendiri dalam lagu-lagu yang dirilisnya. Tidaklah heran, kalau Group Musik BIMBO yang seluruh personelnya cikal bakal putera Sunda ini tergolong Group Musik yang legendaris.
Salah seorang personalnya adalah Darmawan Hardjakusumah, SH atau yang lebih dikenal dengan nama Acil Bimbo. Pria kelahiran tanggal 20 Agustus 1943 merupakan salah seorang putra pasangan wartawan Dayat Harjakusumah dengan Hajjah Uken Kenran.
Bersama-sama dengan kakaknya Samsudin dan adiknya Jaka Purnama, Acil membentuk Trio Bimbo, yang keberadaannya sudah tidak asing bagi kita. Acil mulai kuliah di Fakultas Hukum UNPAD pada tahun 1963, mengambil Jurusan Kriminologi dan lulus tahun 1974. Pada tahun 1990 Acil melanjutkan kuliah dengan spesialisasi notaris.
Sebagaimana kita ketahui bersama, profesi dari pria yang beristrikan Ernawati, gadis berdarah Kawanua ini adalah penyanyi, pencipta lagu, Sarjana Hukum dan terakhir adalah sebagai salah seorang pendiri "Bandung Spirit". Pasangan Acil dan Erna dikaruniai empat anak; dua perempuan yang merupakan sulung dan bungsu, serta dua laki-laki. Keempat putera-puterinya itu ialah Anne Lelyana Kusumawardhani, Mario Saladin Kusumawardhana, Rofie Darajat Kusumawardhana dan Maryan Catalya Kusumawardhani yang juga sudah memperlihatkan bakatnya di bidang musik.
Akan tetapi aktifitasnya yang menonjol dan dikenal sampai saat ini tetap dalam dunia kesenian. Ketika ditanyakan mengapa profesi notarisnya tidak dilanjutkan, Acil bertutur bahwa dia tidak mungkin berpijak di dua perahu. Kalau jadi notaris, maka Bimbo harus ditinggalkan. Diantara sekian banyak aktivitas yang dijalaninya, dalam bidang bahasa, pada tahun 1988 bersama-sama dengan Kang Uu Rukmana serta rekan-rekannya yang lain berinisiatif menyelenggarakan Kongres Bahasa Sunda di Cipayung Bogor serta aktif pula pada pengumpulan dana untuk pemugaran Masjid Agung Bandung.
Dalam kesehariannya pria yang diantara saudara-saudaranya ini paling santai bahkan mendekati gaya urakan ini banyak menjalin hubungan sosial dengan berbagai lapisan masyarakat. Dalam kegiatannya di bidang budaya, dirinya sering menyempatkan hadir; mulai dari diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh kelompok kecil, sampai kegiatan yang melibatkan orang banyak dan menghabiskan waktu berhari-hari semisal kongres atau seminar.
"Kalau berbicara soal Sunda, saya bisa serius, lho," ungkap Acil.
Acil juga kadang-kadang merasa sedih, apalagi jika gagasan yang dikemukakannya kurang mendapat tanggapan. Mungkin karena lahirnya terlalu dini sehingga kurang bisa dimengerti, atau mungkin pula karena akan mengganggu posisi orang-orang tertentu yang punya banyak kepentingan. Diantara saudara-saudaranya, Acil punya kelebihan dalam soal menulis. Gagasan-gagasannya pada awal tahun 80-an pernah dimuat secara rutin oleh surat kabar Pikiran Rakyat dan Sinar Harapan, selama dua tahun. Meskipun penyajiannya dalam bentuk humor-humor satire; cara bertuturnya cukup memikat, dengan kalimat-kalimat yang segar. Demikian pula kemampuannya dalam menyodorkan ide-ide baru yang berhubungan dengan berbagai fenomena sosial.
Selain itu juga Acil tergolong aktif berbicara melalui Bandung Spirit, yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang dibidaninya di Bandung. Menurut Acil, aktivitasnya di Bandung Spirit adalah untuk berperan sekaligus mengajak semua lapisan masyarakat Jawa Barat untuk ikut berperan dalam menjaga dan mengamankan daerahnya. Acil bersama rekan-rekannya dari kalangan Budayawan, Seniman, Birokrat, Pakar Komunikasi serta unsur dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya, giat mewujudkan misinya melalui LSM Bandung Spirit ini. Diantara aktifis Bandung Spirit tercatat nama-nama seperti Saini KM, Herman Ibrahim, Deddy Jamaluddin Malik, Aat Suratin, Budi Radjab serta yang lain-lainnya. Dalam melakukan aktivitasnya di Bandung Spirit, sosok Acil pada hakekatnya menjadi salah satu penentu sukses tidaknya kegiatan di Bandung Spirit ini.
Persoalan-persoalan yang dihadapi Acil bersama rekan-rekannya di Bandung Spirit, sedikit terungkapkan dalam lagu "Tajam Tak Bertepi" yang ditulis Iwan Abdurahman. Lagu ini direkam pada tahun 1974, diantaranya bersamaan dengan "Serani Dinoda". Sebagaimana biasa, vokal Acil diberi polesan suara Iin pada bagian akhir lagu. Berikut petikan syair lagu "Tajam Tak Bertepi":
Tak kan tergambarkan dengan kata-kata
Perasaan sedih ini
Maka kuungkapkan
Lewat nada dari lagu ini
Ingin kutanyakan
Namun telah kuduga
Jawaban yang kan kuterima
Rasa penasaran dalam hatiku
Tajam tak bertepi
Selangkah demi selangkah
Kau turutkan kata hati
Sampai jauh keujung bukit
Yang berbatas langit
Telapakmu tlah hancur
Badanpun tlah luka
Bahkan hati tlah berkeping
Tetap tak kutemukan jawaban
u...uh...uh...