TARI ANAK-ANAKOleh: Lis Emilawati

19 Jun 2002 - 6:06 am

Dalam suatu pertunjukan tari, sering dijumpai anak-anak begitu terampil menarikan Tari Topeng atau Tari Kandagan maupun Tari Jaipongan. Padahal perbendaharaan geraknya akan lebih pas apabila ditarikan orang dewasa. Orang tua si anak merasa bangga, begitu pula para penonton merasa kagum akan kepiawaian si anak.

Kasus semacam ini perlu menjadi bahan renungan para ahli tari dan guru tari, untuk selanjutnya melakukan langkah proaktif dalam meluruskan kebengkokan dengan cara menyusun sebuah format tentang bentuk tari bagi anak-anak.

Anak-anak usia TK sampai dengan Sekolah Dasar adalah usia bermain, penuh keceriaan, jiwanya yang polos dan lugu jangan dipasung oleh hal-hal yang bersifat rumit, sebab dampaknya akan memperkosa jiwa anak.

Tema yang akrab dengan dunia anak adalah bermain. Seyogianya galilah esensi dari permainan mereka, baik pola permainan bihari maupun kiwari. Agar anak-anak cinta pada lingkungan, keakrabkan anak-anak dengan lingkungannya dikemas dalam sebuah tarian.

Dalam pemilihan idiom ungkapan, pilihlah gerak-gerak tari yang sederhana. Demikian pula pemilihan musik yang dijadikan pengiring tarian, yang cocok bagi anak adalah musik ritmis yang dinamis. Musik seperti ini akan menggairahkan, dan menjadi daya rangsang untuk membangkitkan rasa senang terhadap tari.

Tari anak-anak bukanlah tari yang dapat ditarikan oleh anak, atau tari kekanak-kanakan, melainkan tari yang sesuai dengan jiwa dan tingkat perkembangan anak.

Dalam permainan tradisi begitu kaya akan nilai-nilai atikan yang bersembunyi lewat rengkak dan syair lagu. Namun jenis permainan tersebut pada masa sekarang kurang dikenal oleh anak, karena memang tidak dikenalkan pada mereka. Hal ini merupakan tugas kita untuk melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus menanamkan rasa cinta terhadap budaya milik kita terhadap anak-anak. Penanaman rasa cinta ini tentu saja dibingkai lewat tarian. Dalam kemasannya disesuaikan dengan alam anak kiwari.

Secara esensi tari anak-anak senantiasa berorientasi pada dunia anak, dan pada nilai-nilai kejiwaan serta memiliki misi atikan. Dunia anak adalah dunia angan yang penuh dengan gambaran keindahan. Nilai keindahan itu harus terekspresikan lewat ruang, irama dan gerak tanpa adanya beban yang ujung-ujungnya membelenggu jiwa anak. Biarkan mereka seperti kupu-kupu menari diatas harumnya bunga.



Majalah Seni Budaya Swara Cangkurileung
Edisi Februari 2002 No.124 Th.XXVII