- Letjen. Purn. Dr. H. MashudiBekerja, Belajar dan Beribadah Seumur Hidup
22 Aug 2001 - 12:00 am
Jika sedang berada di Podium, suara tokoh kita yang lantang ini pasti orang yang tidak melihat wajahnya akan menyangka suara ini keluar dari sosok yang berusia sekitar 40 - 50 tahun. Padahal Pak Mashudi dilahirkan di Garut tanggal 11 September 1919 di Cibatu Garut, jadi kita boleh berbangga pada Tokoh kharismatik yang satu ini di bilangan usia 81 tahun, suaranya masih terdengar lantang dan sehat.
Kunci sukses Pak Mashudi yang pernah menjabat Gubernur Jawa Barat pada periode 1960 - 1970, adalah Bekerja, Belajar dan Beribadah Seumur Hidup.
Segala aktifitas yang digelutinya mulai dari kariernya di dunia militer, di jajaran birokrat sebagai Gubernur Jawa Barat, di legislatif sebagai Wakil Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), di dunia bisnis sebagai Direktur Perbankan, kegiatan di organisasi sosial kemasyarakatan seperti Kepanduan, Organisasi Kasundaan, PMI dan sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, dijalaninya sebagai ibadah. Sehingga segala tugas yang diembannya terasa ringan.
Diakuinya, tugas sebagai Gubernur Jawa Barat pada saat itu cukup berat. Terutama yang menyangkut masalah pengamanan daerah. Bersama Panglima Siliwangi yang saat itu dijabat Kosasih dan selanjutnya digantikan Ibrahim Ajie, bahu membahu menumpas gerombolan DT/TII dan melakukan pelatihan terhadap para Lurah, Residen dan Dosen melalui Gerakan Lembaga Ketahanan Sipil serta Operasi Pagar Betis.
Meskipun dilahirkan di Cibatu Kabuten Garut, Mashudi dibesarkan di Tasikmalaya. Pendidikan formal yang pernah dijalaninya adalah HIS dan MULO Pasundan Tasikmalaya, AMS B Yogyakarta dan THS Bandung. Agak sulit juga merinci riwayat pekerjaan beliau, begitu pula dengan Bintang Jasa dan Tanda Penghargaan yang pernah diraihnya baik dari Negara Republik Indonesia maupun negara-negara asing. Begitu juga dengan missinya ke luar negeri, karena terlalu banyak tugas yang telah diembannya.
BERMAIN GOLF 2 KALI DALAM SEMINGGU
Di usianya yang ke 81 tahun, Letjen. Purn. Dr. H. Mashudi bersama isteri tercinta, Ibu Yeti Rochyati masih sanggup bermain golf 2 kali dalam seminggu. Gerakannya juga masih gesit, suara sangat lantang daya ingat dan penglihatannya juga masih tajam.
Hal ini berkat kegiatan olahraganya yang dilakukan secara rutin dan tak pernah ditinggalkan sejak masih muda.
Diakuinya, Mashudi muda menyenangi hampir semua jenis olahraga, mulai dari badminton, tennis, atletik, loncat tinggi serta lari jarak maupun menengah-jauh pernah ditekuninya secara serius.
"Malahan, bapak pernah menjadi juara renang kelompok umum di Tasikmalaya kala masih muda," ujar Mashudi tanpa bermaksud menyombongkan diri.
Pak Mashudi yang mendapat anugerah Doktor Honoris Causa dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung belum lama ini, masih aktif di berbagai kegiatan seperti Ketua Yayasan Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Ketua Yayasan Universitas Pakuan Bogor, Ketua Perkumpulan Philateli Indonesia, Dewan Penyantun Universitas Pendidikan Indonesia, Dirut Purna Tarum Murni (bidang LPG), Ketua Dewan Pleno Angkatan '45 Pusat, dan masih banyak lagi jabatan lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu disini.
Saat diminta tanggapannya mengenai SundaNet.Com, beliau berpesan sebagai media informasi yang spesifik, "Community Based" dan banyak mengangkat identitas budaya Sunda, keberadaannya harus bisa mencerminkan kebutuhan riil masyarakat Jawa Barat yang ujung-ujungnya bisa berkontribusi terhadap pemulihan sosial ekonomi masyarakat Tatar Sunda dan Jawa Barat termasuk Banten umumnya.
"Tolong promosikan semua potensi yang ada di Jawa Barat termasuk Banten," tegasnya.
Sektor pertanian, perkebunan, industri tekstil serta pariwisata harus ditonjolkan. Karena Jawa Barat itu memiliki potensi yang baik, juga jiwa juang rakyatnyasangat luar biasa" kata tokoh yang juga sesepuh WI-ASGAR serta pemrakarsa "Landraad" Bandung untuk dijadikan Monumen Nasional yang merupakan tempat Bung Karno dipenjarakan di LP Sukamiskin pada masa perjuangannya dulu.
Usulan mengenai dijadikannya Bandung menjadi Kota Perjuangan dan "Landraad"-nya menjadi perpustakaan Nasional sudah disetujui Presiden Gus Dur dan Wakil Presiden Megawati serta pengesahan dari Walikota Bandung.
Jawa Barat merupakan basis yang membentuk watak Bangsa Indonesia, karena Bung Karno sebagai "Founding Father" dalam memperjuangkan Bangsa Indonesia.
"Kawah Candradimuka-nya, ya… di Bandung inilah," tutur Mashudi mengakhiri percakapan khususnya dengan SundaNet.Com.