WAWACAN GANASWARAOleh: Kyai Ahmad Sobandi

11 Jul 2002 - 5:54 am

Raja Yaman mempunyai seorang putrid yang cantik bernama Ratna Komala. Sudah 25 orang raja yang mencoba melamarnya, akan tetapi tak seorangpun yang diterima oleh sang putri.

Di sebuah kampung ada seorang laki-laki yang telah ditinggal mati oleh istrinya, pekerjaan sehari-hari hanyalah menyapu jalan. Ia mempunyai dua orang anak laki-laki bernama Buntaran dan Ganaswara.

Pada suatu hari, sang putri Ratna Komala berjalan bersama raja melewati jalan tempat ayah Buntaran dan Ganaswara terkejut melihat sang putri lewat. Kemudian kepada ayahnya ia berkata bahwa ia sangat mencintai sang putri. Ayahnya tidak menyetujui perkataan anaknya, sebab tidak mungkin anak seorang penyapu dapat mempersunting anak raja.

Ganaswara berkeras hati ingin mempersunting sang putri. Ia berkata lebih baik mati dari pada cita-cita tidak terlaksana. Ayahnya akhirnya memberi restu serta memberi nasihat agar Ganaswara selamat dan agar Ganaswara memulai dengan bekerja sebagai pengabdi pada raja.

Setelah Ganaswara pergi menuju istana raja, ayah beserta kakaknya pergi bertapa ke gunung Wilis dengan maksud agar Ganaswara berhasil mencapai cita-citanya dengan selamat.

Tersebutlah Ganaswara telah berada didalam istana Raja Yaman. Ia sangat disayangi oleh raja karena tingkah lakunya baik demikian pula karena paras mukanya memang tampan. Sang putri melihat Ganaswara tersebut timbul dalam hatinya perasaan cinta. Kemudian terjadilah hubungan cinta antara Ganaswara dan sang putri, sehingga setiap ada kesempatan mereka pergi berduaan untuk saling memadu kasih.

Pada suatu hari Ganaswari memohon kepada raja agar ia diijinkan mempersunting sang putri. Mendengar permohonan itu raja bukan main marahnya, dan tidak antaranya lagi Ganaswara disabetnya dengan pedang, kemudian diiris-iris sampai menjadi 25 bagian.

Walaupun telah teriris-iris menjadi 25 bagian, Ganaswara tetap saja hidup dan berbicara serta tetap memohon kepada raja agar ia direstui memperistri sang putri. Dan sang raja akhirnya menyetujui asal ke-25 bagian badan Ganaswara yang teriris-iris itu dapat bersatu kembali. Maka kemudian raga Ganaswarapun bersatu dan utuh kembali serta duduk berdampingan dengan sang putri pada kursi Gilangkancana.

Melihat keadaan demikian, raja menyuruh sang patih agar Ganaswara diberi minum yang ternyata minuman itu adalah racun. Ganaswara meninggal seketika. Melihat Ganaswara mati sang Putri pun kemudian meminum racun sisa Ganaswara, dan meninggal pada saat itu juga.

Mayat kedua insane tersebut kemudian dibuang ke sebuah sungai, dan akhirnya terdampar ke sebuah pantai lautan yang cuacanya panas sekali. Tetapi walaupun demikian panasnya, karena mayat itu selalu dinaungi oleh beribu-ribu burung tidaklah kering atau lapuk dan tetap saja utuh.

Tiba-tiba datanglah seekor raja ikan yang mengetahui bahwa kedua mayat itu sebenarnya adalah insan yang mati sebelum waktunya. Maka diusaplah mayat tersebut dengan cupumanik, dan kemudian hiduplah kembali Ganaswara dan sang putri itu.
Raja ikan memberi perintah agar Ganaswara dan sang putri pergi ke arah barat agar berjumpa dengan seorang kakek-kakek yang ditemani seorang anak muda. Kepadanya mereka harus meminta petunjuk agar apa yang dicita-citakan terlaksana.

Bertemulah Ganaswara dan sang putri dengan kakek-kakek itu. Ganaswara diberinya azimat dan sebilah keris Kalanganyar yang khasiatnya ialah apa saja yang dikehendaki akan selalu berhasil. Setelah itu kemudian kakek-kakek itu menyuruh Ganaswara berganti wujud menjadi seekor harimau sedangkan sang putri menjadi seekor kidang putih, serta keduanya harus ditemani oleh sarati. Dan kemudian berganti wujudlah mereka seperti apa yang direncanakan oleh kakek-kakek. Setelah itu pergilah mereka ke negara Yaman.

Tersebutlah dinegara Yaman terjadi keributan karena dimasuki Harimau dan Kidang Putih. Sang Raja mengumpulkan semua ponggawa agar harimau beserta Kidang Putih yang mengganggu ketentraman rakyat dibunuh. Tetapi setelah mareka dikepung, sarati mengibar-ngibarkan daun beringin, dan setelah itu serta merta keadaan berubah menjadi gelap gulita, kerajaan pun berubah menjadi pegunungan yang penuh dengan kerikil tajam dengan hutannya sangat lebat. Melihat keadaan demikian sang raja kebingungan. Menangislah ia, serta kemudian berjanji bahwa barangsiapa yang bisa mengubah kembali kerajaannya pada keadaan semula, akan dijadikan raja. Janji raja terdengar oleh sarati, maka di suruhnyalah harimau untuk mengubah kembali keadaan.

Setelah tempat itu berubah kembali menjadi kerajaan, harimau dan kidang putih ditangkap dimasukkan ke dalam penjara serta dibiarkan tidak diberi makan agar mati kelaparan. Maksud buruk raja tersebut dapat diketahui oleh sarati, maka serta merta dikeluarkanlah olehnya harimau dan kidang putih itu.

Melihat Harimau dan Kidang putih ada diluar, raja menyuruh semua ponggawa untuk menangkapnya kembali. Tetapi mereka tidak mampu menangkapnya. Kemudian dipanahlah harimau dan kidang putih tersebut oleh raja dengan panah azimat karancang. Setelah dipanah berubahlah wujud harimau dan kidang putih itu menjadi wujud Ganaswara dan Ratna Komala. Raja bukan main marahnya dan ketika mereka akan di parang oleh raja, pedangnya ditangkap oleh sarati. Raja menjadi ketakutan serta kemudian lari bersama permaisuri ke gunung.

Ganaswara menjadi raja muda di Yaman sedang Ratu Ratna Komala menjadi permaisurinya. Sarati yang ternyata kakak Ganaswara yang bernama Buntaran langsung diangkat menjadi Mahapatih.

Syahdan raja tua yang lari ke gunung mempunyai dua orang putra, yang satu berupa harimau dan yang kedua berupa ikan. Sesudah dewasa disuruhnya menghadap raja muda, yang kemudian oleh raja muda yang kesatu diangkat menjadi pengusaha hutan, sedangkan yang kedua diangkat menjadi raja di laut dan disebut Raja Mamu.

Suatu ketika datanglah musuh menyerbu Yaman yaitu dari kerajaan Kembar Kuning dengan patihnya bernama Jayawinangun. Sebelum berperang, diajak lomba menangkap ikan di laut, minum air di gelas, mengambil kue, dan yang terakhir berlomba makan opor ayam. Semua perlombaan tak satupun yang dimenangkan raja Kembar Kuning. Dan walaupun demikian perangpun terjadilah serta Kembar Kuning kalah.

Raja-raja yang dahulu ingin mempersunting Ratna Komala datang menyerang Yaman. Tetapi karena Yaman mempunyai bala tentara, perang tersebut selalu dimenangkan oleh Yaman. Kemudian Ganawara pergi bertapa dan bergelar Begawan Rambutbaya, sedangkan kerajaan diberikan kepada putranya bernama Jaka Bintulu.