Naskah Kuna: WAWACAN DANUMAYA

11 Jul 2002 - 7:37 am

Tersebutlah sebuah negara bernama Gilangkancana. Rajanya bernama Sang Panji Subrata, dan permaisurinya bernama Ratna Kencana. Sang Raja mempunyai seorang putra yang sangat rupawan bernama Danumaya.

Semenjak kecil Danumaya rajin menuntut ilmu. Setiap pesantren yang terkenal selalu ia datangi dan terus berguru disana. Tapabratapun sering ia lakukan.

Pada suatu ketika Danumaya sedang berada didalam keraton. Tiba-tiba sang ayah berkata bahwa ke Gilangkencana bakal ada kerajaan lain yang menyerbu yaitu keling.

Kerajaan keling mempunyai mapatih agung bernama Ganda Perwata yang mempunyai putra bernama Gandasmiri, yang akan dikawinkan dengan putra raja Keling bernama Dewi Sinta. Sebab Gandasmiri ingin jadi raja, setelah pernikahan akan menyerbu kerajaan Gilangkancana untuk kemudian menjadi raja disana.

Danumaya kaget dan merasa gusar kalau-kalau ayahnya tidak dapat mempertahankan kerajaan dari serangan musuh. Sebagai seorang putra raja ia berfikir bahwa sangat patut dan terpuji apabila ia bertindak mengabdikan dirinya kepada negara dan bangsa, disamping harus taat dan hormat kepada orang tua.

Danumaya memohon kepada ayahnya bahwa ia akan pergi ke keling untuk mengadakan pendekatan serta bila mungkin akan mendahului menyerang sebelum diserang oleh Gandasmiri. Ayahnya tidak menyetujui. Tapi karena tekad anaknya itu besar sekali, akhirnya ayahnya merestui dan pergilah Danumaya. Ibunya sangat menyayanginya berkenan pula memberi ijin serta dibekalinya sebuah azimat wasiat dari nenek moyangnya berupa sebilah keris bernama si Gagak Karuncang.

Dari ibunya, selain mendapat azimat si Gagak Karuncang, Danumaya memperoleh pula azimat cupu yang disebut Ali Ampal yang didalamnya berisi dua orang raja jin. Bila ada mara bahaya dengan mengusapkan dua azimat tersebut ke mata, akan keluarlah dua orang raja jin siap membantu.

Tersebutlah Danumaya pergi menuju keeling. Diperjalanan ia mendengar suara gemuruh di udara. Ternyata suara itu suara seekor burung garuda yang membawa seorang putrid hasil curian dari kerajaan Mataram. Maka dengan bantuan dua orang Jin itulah burung garuda dapat dikalahkan serta sang putrid yang bernama Arum Ningrat dapat diselamatkan.

Ketika Danumaya sedang beristirahat, datanglah bala tentara Mataram yang menyusul sang putrid. Danumaya disangka garuda yang menyamar, maka terjadilah peperangan. Dalam perang ini Danumaya tak dapat dikalahkan, serta Jaya Sudarga patih Mataram menyatakan takluk. Kemudian Jaya Sudarga disuruh pulang ke Mataram serta Putri Arum Ningrat pun agar dibawa pulang ke Mataram untuk diserahkan kepada orang tuanya. Ketika akan berpisah, Danumaya berjanji bahwa dikemudian hari sepulang dari Keling, ia akan ke Mataram menghadap raja Mataram Pangeran Cakraningrat.
Tibalah Danumaya ke wilayah Kerajaan Keling. Ia kebetulan bertemu dengan Dewi Sinta di Aki dan Nini Pangebon. Begitu bertatap muka, sang putri jatuh cinta kepada Danumaya, serta dalam hatinya akan menolak dikawinkan kepada Gandasmiri.

Terjadilah peperangan antara Danumaya dan bala tentara Keling. Berkat bantuan dua orang raja jin, Danumaya dapat memenangkan peperangan tersebut. Patih Agung Ganda Perwata berserta putranya Gandasmiri dapat dikalahkan, sehingga dengan demikian seluruh kerajaan Keling dikuasai Danumaya serta putri Dewi Sinta pun dipersunting oleh Danumaya.

Danumaya pulang ke Gilangkancana. Di perjalanan ia mampir ke Mataram. Karena Mataram juga telah menjadi bawahan Danumaya, maka langsung menjdai bawahan Gilangkancana. Sang Putri Arum Ningrat pun akhirnya dipersunting oleh Danumaya sebagai istri yang kedua.



Sumber: Naskah Wawacan Bermana Sakti
Koleksi Naskah: Bagian Naskah, Museum Nasional, Jakarta
Nama Pemilik/Pemegang Naskah: Kyai Ahmad Sobandi (Desa Narawita, Cicalengka, Kabupaten Bandung)