- Naskah Kuna: WAWACAN ISTRI SAJATI
22 Jul 2002 - 5:30 am
Pak Sarikam yang hidupnya menduda, tinggal di desa Sukasari. Pekerjaan sehari-hari sebagai tukang kayu (bas). Pada waktu ia sedang memborong membangun rumah pak Lurah. Masih di desa itu tinggallah seorang gadis yatim piatu bernama Nyi Sari. Ia belum mendapat Jodoh, mungkin karena penyakit yang di deritanya selama ini, yaitu sekujur tubuhnya penuh dengan koreng. Pak Sarikam dating meminangnya, maka kemudian kawinlah mereka.
Pak Lurah datang melihat rumah yang sedang dikerjakan oleh pak Sarikam. Di situ ia melihat tukang kayu itu sedang makan bersama istrinya. Lurah menyangka perempuan itu adalah anak atau cucunya, dan ketika di tawari makan Lurah itu menolak, serta tak mau makan di dekat perempuan yang bau dan korengan. Nyi Sari mendengar ucapan Lurah itu bukan main sakit hatinya.
Maka selesailah pekerjaan borongan itu. Pak Sarikam kemudian mendapat borongan baru di tempat yang agak jauh, sehingga sehari-hari ia tidak akan dapat pulang. Sementara menunggu suaminya pulang, Nyi Sari nyepen, berdoa kepada Tuhan agar disembuhkan dari penyakit yang sedang dideritanya. Doa nya pun terkabul. Sari yang korengan itu berubah menjadi perempuan yang cantik jelita.
Pak Camat datang ke rumah Lurah, dan memuji rumah yang didiaminya itu. Ketika mendengar bahwa yang membangun rumah itu adalah Pak Sarikam, maka Camat pun meminta bantuan Lurah untuk memanggil tukang kayu itu. Maka disuruhnyalah kulisi desa untuk memanggilnya.
Demi dilihat bahwa istri Pak Sarikam itu amat cantik, Pak Kulisi mendadak terpikat hatinya. Ia mengajak berbuat serong, serta ia merasa yakin bahwa Nyi Sari akan mau melayaninya sebab suaminya miskin dan sudah tua. Nyi Sari tidak berani menolak mentah-mentah, maka diaturlah siasat. Ia berpura-pura bersedia melayaninya dan mempersilahkan lelaki itu datang jam 9 malam.
Karena Kulisi desa lama tidak kembali, maka Lurah pun berturut-turut menyuruh tua kampung dan juru tulis. Apa yang terjadi dengan kedua orang itu persis sama dengan apa yang dialami kulisi.
Akhirnya Lurah itu terpaksa berangkat sendiri karena ketiga suruhannya tidak juga kembali. Ternyata Lurah pun terpikat pula, dan mendapat janji yang sama pula.
Pada sore harinya kembalilah Pak Sarikam dari pekerjaannya dengan membawa bermacam-macam oleh-oleh. Istrinya menceritakan tipu muslihat yang akan dilakukannya nanti malam.
Menjelang malam naiklah Pak Sarikam ke atas langit-langit, badannya dicoreng-coreng dan memakai giring-giring. Laki-laki yang pertama dating adalah Kulisi desa. Nyi Sari segera memperkecil lampu sehingga ditengah rumah seperti remang-remang. Nyi Sari minta kepada laki-laki itu agar bersabar sebentar serta minta kepada laki-laki itu supaya badannya dibedaki agar mesra dipelaminan. Padahal yang oleskannya adalah cairan jelaga dan kapur sirih. Sementara itu datanglah pula tamu lain, sehingga pak kulisi terpaksa bersembunyi disebuah sudut kamar. Berturut-turut tua kampung, dan jurutulis diperlakukan sama.
Ketika Nyi Sari sedang membedaki Pak Lurah, maka loncatlah Pak Sarikam dari lubang langit-langit dan mengancam hendak membunuh semua yang ada. Keempat laki-laki itu lari tunggang langgang.
Maka tersebutlah Pak Sarikam hendak menunaikan ibadah haji. Sementara itu dalam sebuah rapat desa, Pak Lurah berembuk untuk menyingkirkan Nyi Sari yang telah memberi malu itu.
Nyi Sari diusir dari kampung oleh Pak Lurah. Setelah melalui gunung-gunung, bukit-bukit dan hutan belantara, ia mendapat petunjuk bahwa pada akhirnya akan dapat berjumpa kembali dengan Pak Sarikam Suaminya. Maka sampailah ke Pesantren Sirna Wening, dan oleh kyai diterima sebagai muridnya, kemudian berteman baik dengan anak kyai yang bernama Nyi Sekar Rasa.
Tersebutlah Raja Kuripan sedang berburu. Seekor rusa buruannya masuk ke lingkungan pesantren. Pada saat itu raja melihat Nyi Sari, dan kemudian langsung raja hendak memperistrinya, tetapi Nyi Sari menolaknya. Karena lamaran raja di tolak, pada malam itu juga raja memerintahkan seorang algojo untuk membunuh anak Kiai itu. Ternyata algojo salah pilih, dan yang terbunuh itu Nyi Sekar Rasa.
Akhirnya Nyi Sari pergi meninggalkan pesantren dengan diantar oleh dua orang santri. Di tengah perjalanan kedua santri itu hendak memperkosanya, tetapi untung seekor singa tiba-tiba muncul dan membunuh kedua santri tersebut. Sebelum singa itu pergi, memberi nasehat dulu kepada Nyi Sari agar bersabar dan berjanji akan terus melindunginya, ternyata singa itu mengaku sebagai uyutnya.
Nyi Sari sampailah ke pelabuhan. Disana ia dirawat oleh Sarinem, seorang penjual wanita (germo). Disana Nyi Sari disuruh mandi dengan disediakan sebuah kamar tempat bersolek. Nyi Sari dijual kepada seorang nakhoda kapal yang baru berlabuh. Karena Nyi Sari tidak mau melayaninya, nakhoda itu berpura-pura hendak membantu Nyi Sari menjemput suaminya dari tanah suci. Nakhoda itu berusaha memperkosa Nyi Sari dalam kapal, tetapi tepat pada waktu itu kapal menjadi bocor-bocor serta kemudian kapal itu menjadi karam. Hanya Nyi Sari sendiri yang selamat.
Ketika terapung-apung di lautan, sebuah kepek (kantong) keramat dating menghampiri, dan berkata dahwa ia disuruh menolong Nyi Sari oleh uyutnya. Ia minta agar Nyi Sari berganti pakaian supaya menjelma menjadi laki-laki, harus memakai nama Ombak Sagara dan harus mengaku dari Negeri Karang Gantungan.
Tersebutlah Pak Sarikam kembali dari tanah suci. Ketika mengetahui bahwa isterinya telah lama pergi hendak menjemput dia, maka Pak Sarikam pun berangkat pula mencarinya.
Tersebutlah sebuah negeri yang bernama Sari Mulya. Raja Sri Maha Mulya di negeri itu sedang bersedih hati karena putrinya sedang sakit, tidak sembuh-sembuh sekalipun telah berkali-kali diobati baik oleh dukun kampung maupun oleh dokter.
Akhirnya Sang Raja mendengar suara yang meminta agar ia melepaskan gajah putihnya. Ke mana larinya gajah itu harus diikuti oleh para pembesar negara karena dialah yang akan membawa orang yang biosa mengobati putri itu. Dan ketika dilepaskan gajah itu lari menuju pantai, lalu menyebrangi lautan, maka bertemulah dengan Ombak Sagara.
Atas petunjuk kepek azimat, Ombak Sagara lalu naik ke atas gajah putih yang segera melarikannya ke istana. Ombak Sagara ternyata dapat menyembuhkan putri itu, dan kemudian mengawininya serta menerima tahta kerajaan.
Ketika putri bertanya mengapa Ombak Sagara tidak juga mau tidur bersama di pelaminan, dijawabnya bahwa seseorang sedang ditunggu. Ombak Sagara mendengar petunjuk gaib bahwa suaminya akan segera dating, dan menyuruh memasang gambar suami isteri yang sedang makan dalam rumah yang sedang dibangun, di alun-alun.
Haji Sarikam dating, begitu tua dan miskin. Ia segera memeluk gambar yang terpambang di alun-alun itu. Para ponggawa segera menangkapnya dan menghadapkannya kepada raja muda.
Kakek-kakek itupun dimandikan, dan secara ajaib berubahlah menjadi pemuda yang tampan persis sama dengan Ombak Sagara.
Ombak Sagara membuka rahasia pribadinya. Akhirnya pemuda Sarikam itu diangkat menjadi raja, dan mengawini putri sebagai isteri yang kedua. Maka sejahteralah negeri itu.
Sumber: Proyek penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah - Jawa Barat
Judul Naskah: WAWACAN ISTERI SAJATI
Pemegang/Pemilik Naskah: M. Anan
Randu Kurung - Limbangan Garut