- CARITA PANTUN MUNDING KAWATI
8 Aug 2002 - 5:58 am
Dalam Carita Pantun ini, diterangkan bahwa Prabu Mundingkawati merupakan keturunan Prabu Siliwangi dan menjadi raja di Haur Doni.Prabu Mundingkawati memiliki 2 orang permaisuri yakni Ratna Sari dan Ratna Kembang. Keduanya keturunan bidadari dari kahiangan yang sama-sama sedang mengandung.Pada suatu saat kedua permaisuri bermimpi didatangi kucing candramawat yang naik ke pangkuan masing-masing, keraton rusak, negara dilanda banjir, dan raja berlayar dengan perahu diterjang angin ribut sampai tenggelam. Baginda menafsirkannya sebagai pertanda akan ada raja yang meyatakan takluk.
Sementara itu Gagak Sagara dan Badak Komalang, raja kembar dinegara Kuta Daha bermaksud akan mengambil permaisuri keturunan bidadari yang sudah diperistri oleh Munding Kawati. Keduanya dihalangi oleh adik mereka, Putri Sunten Wayang, karena Mundingkawati itu keturunan Pajajaran, tapi tak mau mendengar.Dengan menyamar keduanya dapat menipu Mundingkawati dan emmbunuhnya.
Sementara itu kedua permaisuri yang mendapat firasat buruk pulang ke Kahiangan. Ketika tiba saatnya melahirkan, keduanya diturunkan di Cipatih Nunggal. Bayi yang dilahirkan keduanya laki-laki. Kedua permaisuri terhembus oleh nafas Yaksa Mayuta dan jatuh di Cadas Patenggang. Kedua bayi dimakan, tetapi tidak mati, malah berlatih perang dalam perut raksasa. Setelah bosan berlatih mereka keluar dengan merobek uluhati raksasa itu dan mengambil azimat cupumanik astagina dari tenggorokannya. Lalu menolong ibunya dan menantang Gagak Sangara dan Badak Komalang. Kedua raja itu dapat dikalahkan dan menunjukkan tempat mayat Munding Kawati. Dengan azimat cupumanik, Munding Kawati dihidupkan kembali.
Carita pantun ini pernah direkam, ditranskripsi dan dipublikasikan oleh PPP & PS dengan pengantar AYIP ROSIDI (Bandung, 1971) berdasarkan Juru Pantun Atma dari kampung Banggala, Subang.
Sumber: Ensiklopedi Sunda, tahun 2000.