Sebuah Catatan: DIALOG SERATUSMembangun Daya Tahan dan Daya Juang Masyarakat
(Kerjasama Bandung Spirit & YPSDM Forum Rektor)

20 Aug 2002 - 8:29 am

Akibat masa keterpurukan yang berkepanjangan, masyarakat kelas menengah kebawah dihadapkan kepada situasi kejiwaan yang berintikan rasa kehilangan. Mereka kehilangan sumber nafkah, kepercayaan (kepada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif), kehilangan panutan, kehilangan rujukan dalam kehidupan sehari-hari dan kehilangan harapan akan masa depan. Dibawah tekanan keadaan seperti itu, mereka lebih mudah melakukan baik tindak kejahatan individual maupun amuk masa yang destgruktif. Kedua macam tindakan itu berintikan kekerasan,baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam. Disesalkan, kelompok elit yang seharusnya menjadi panutan didalam dan mengatasi rasa kehilangan itu ternyata belum dapat diandalkan. Sebagian diantaranya bahkan tidak sadar akan masalah yang begitu nyata, sebagian lainnya justru memanfaatkan keadaan itu untuk tujuan-tujuan pribadi maupun golongan. Perbuatan tidak layak dan tidak terhormat seperti itu harus segera dihentikan dan upaya-upaya nyata yang benar-benar dibimbing cita-cita mulia harus digalakkan.

Setelah tiga tahun bergerak ditengah-tengah masyarakat, khususnya menengah dan bawah, serta bermitra dengan berbagai fihak, Bandung Spirit berketetapan hati untuk mengembalikan kepercayaan dan harga diri masyarakat, mengembalikan daya tahan dan daya juang mereka. Dengan merujuk kepada rambu-rambu kemanuasiaan dan ketahanan masyarakat, Bandung Spirit bersama mitra-mitranya bertekad lebih menajamkan lagi tujuan dan cara-cara perjuangannya, yaitu membina kemitraan dan silaturahmi dengan menghilangkan sekat-sekat ras, etnis, agama dan golongan;membina komunikasi dialogis dalam rangka mencegah konflik, menyelesaikan konflik tanpa kekerasan,dan mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada daya tahan dan daya juang mereka didalam menciptakan kesejahteraan bersama. Rangkaian kegiatan Bandung Spirit bersama mitra-mitranya yang tidak pernah terputus-putus selama tiga tahun, kini tiba pada situasi yang genting, diantaranya di bulan Agustus ini dan mendekatnya tahun Pemilihan Umum (Pemilu) 2004, yang akan menaikan suhu politik dan rawan konflik, termasuk konflik dengan kekerasan. Bertolak dari tekad yang semakin kuat dan yang genting itu, dengan dukungan mitra-mitra dan Menteri Negara Kebudayaan & Pariwisata dan Departemen Sosial diselenggarakanlah "Dialog Seratus", Membangun Daya Tahan dan Daya Juang Masyarakat. Dalam dialog itu sejumlah cendekiawan yan dikenal kearifan di bidangnya dan peduli kepada nasib masyarakat kecil khususnya, bangsa umumnya, akan bertukar fikiran dan memformulasikan gagasan-gagasan yang membumi didalam rangka mencari jalan keluar dari keterpurukan berkepanjangan. Dialog ini juga melibatkan berbagai golongan masyarakat dengan mengesampingkan sekat golongan, agama, ras ataupun suku.

Forum dialog ini berupaya keras untuk menghasilkan sejumlah gagasan, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Sebagian akan merupakan rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah dan berbagai lembaga yang berwajib; sebagian akan merupakan gagasan-gagasan praktis yang membumi, yang dapat langsung dilaksanakan oleh masyarakat didalam mengembalikan kepercayaan dan harga diri, daya tahan dan daya juang mereka didalam memecahkan berbagai masalah yang mereka hadapi. Gagasan-gagasan itu akan senantiasa disemangati oleh azas kemanusiaan, oleh silaturahmi dan atau solidaritas kepada sesama manusia dan kepada alam.

Sekarang atau terlambat! Pemahaman bersama harus ditemukan, tekad bersama harus dibajakan, tindakan bersama harus segera dilaksanakan. Kalau tidak, bangsa ini akan kembali menjadi bangsa kuli diantara bangsa-bangsa dan kuli bagi bangsa-bangsa lain. Atau bahkan lenyap sama sekali. Kalau tidak, generasi ini akan dikutuk oleh cucu-cucu yang didalam kenestapaannya menyadari bahwa mereka adalah korban dari generasi yang gagal mengambil peluang sejarahnya.

Hasil yang ingin dicapai oleh kita adalah pertama; Porsi perhatian kepada masyarakat lapisan menengah kebawah ini harus lebih besar, tidak kalah pentingnya daripada perhatian kepada elite bangsa.
Kedua; Masyarakat menengah bawah harus disadarkan kehidupannya hari ini dan kedepan teramat sangat berat dan mungkin pahit. Yang bisa menolong adalah dirinya sendiri. Sementara gerakan peduli kepada masyarakat menengah kebawah ini sekalipun terlambat, harus dijadikan gerakan nasional oleh pemerintah maupun masyarakat. Dan yang ketiga; Dari Dialog Seratus diharapkan akan diperoleh rujuan yang bisa langsung membumi, yang dapat membangkitkan solidaritas maupun tanggung jawab kolektif dari tingkat RT/RW sampai ke tingkat nasional.