CECEP RUKMANA RUHYAT, IR. MMPendiri LSS ITB yang Dikenal sebagai Pengusaha Hotel

18 Nov 2002 - 1:34 pm

Salah satu tujuan ditampilkannya profil tokoh/inohong di SundaNet.Com adalah sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat, khususnya masyarakat Tatar Sunda serta masyarakat lainnya. Semakin beraneka ragam profil dengan latar belakang profesi dan disiplin keilmuan yang berbeda akan semakin menambah informasi mengenai tokoh-tokoh dimaksud.
Kali ini SundaNet.Com mencoba menampilkan atau ngawanohkeun seorang tokoh yang memiliki profesi sebagai pengusaha perhotelan (Komisaris PT. Panghegar dan PT. Savoy Homann Bidakara), politisi sekaligus anggota DPR/MPR RI periode 1999-2004.
Beliau adalah Bapak Cecep Rukmana Ruhyat.

Tokoh yang dilahirkan di Bandung tanggal 5 Juli 1948 ini, buah pernikahan Bapak HEK Ruhyat yang "teureuh" Sumedang dengan Ibu Djuariah merupakan putera ke-3 dari 7 bersaudara. Pendidikannya sendiri dilalui di Bandung, dimulai dari jenjang SD di Cicadas, SMP BPI (lulus tahun '63), SMAN II Belitung (lulus tahun '66), S-1 dari Jurusan Planologi ITB serta S-2 (Magister Manajemen) dari STMB Telkom.

Dalam penuturannya kepada SundaNet.Com, suami ibu Anti Suyanti dan ayah dari 2 putera dan 2 puteri, mengaku salah satu dari kunci kesuksesannya didalam menjalani profesinya adalah didikan dari orang tuanya yang walaupun memberi kebebasan, tetapi diberi tanggung jawab dan dorongan untuk maraih pendidikan yang tinggi.
Hal lain, didikan orang tuanya mengharuskan "Cecep Kecil" beserta saudara-saudaranya dituntut belajar mandiri dan harus bisa mengelola kegiatan sebaik-baiknya, seperti organisasi, usaha maupun olah raga.
"Orang tua juga menjadikan pendidikan agama menjadi perhatian utama walaupun tidak melalui pendidikan khusus di pesantren. Sementara khusus ibu, beliau sangat ketat dengan kepribadian, kemandirian dan hormat kepada tata nilai," paparnya menambahkan.

Konsep hidupnya yang juga menjadi pegangannya diantaranya dengan cara mengembangkan demokratisasi yang merupakan bagian dari HAM, tapi disesuaikan dalam perilaku dan pola pikir yang sesuai dengan budaya local. Berkaitan dengan hal tersebut, selagi muda Cecep memulainya dengan belajar berorganisasi melalui organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan. Dirinya mengakui semenjak masih kuliah memiliki misi-misi yang dianggapnya ideal dengan masalah budaya.
Hal ini dibuktikannya dengan mendirikan Lingkung Seni Sunda (LSS) saat kuliah di ITB. Berkenaan dengan masalah keorganisasian, saat ini dirinyapun aktif di Organisasi Paguyuban Pelestarian Budaya (Heritage Conservation) Bandung. Cecep juga memiliki penilaian tersendiri bahwa budaya leluhur tidak bisa dihilangkan begitu saja, malahan budaya leluhur tersebut dapat mengisi ruang-ruang yang ada pada hidup kita.

Dalam mengelola Hotel Panghegar, selama 20 tahun dirinya beserta keluarganya mengembangkan keberadaan hotel tersebut dari mulai memiliki beberapa puluh kamar saja hingga saat ini bisa mencapai kurang lebih 400 kamar. Perjalanan pengembangan bisnis keluarga di bidang perhotelan tersebut, diakuinya menggunakan manajemen keluarga yang diramu dengan manajemen professional, hingga dirasakan cocok dengan manajemen modern yang disebut total quality management.
Harapannya juga, mudah-mudahan dengan ikut berkiprah dalam bidang perhotelan, bisa berperan mendorong dan membesarkan pariwisata Jawa Barat terutama pengembangan produk pariwisata, perdagangan dan pemasaran.
Sedangkan kiprahnya dalam berpolitik, terutama keinginannya untuk ikut berperanan dalam reformasi ini dengan harapan negara kita memiliki tananan bernegara yang baik dalam menuju Indonesia Baru, karena diakuinya saat ini negara kita sedang berada dalam kondisi krisis multidimensi serta kekurangan "manusia yang moralnya pinilih".