- H. RAHMATULLAH ADING AFFANDIE (RAF)"Nanjeurkeun Seni Islami jeung Budaya Sunda"
10 Feb 2003 - 12:45 am
Bagi yang memiliki hobi mengarang tetapi sulit mendapatkan ide, kelihatannya harus belajar dulu pada RAF. Tentang hal ini banyak yang sepakat, bahkan meyakini bahwa RAF memiliki "Jimat" khusus untuk mendatangkan ide. Bagaimanapun sulitnya ide, melalui dirinya ide tersebut akan didapatkan.
Walaupun usianya sudah lebih dari 73 tahun, juga akhir-akhir ini sering menderita sakit, daya imajinasinya masih lincah. "Pangarang profesional kudu bisa nulis iraha wae. Teu kudu ngadagoan "mood" mun rek nulis teh. Teu beda jeung wartawan, nulis teh lain lantaran keur daek, tapi hiji kawajiban," paparnya penuh semangat.
Menurut pemaparannya pada SundaNet.Com, Rahmatullah Ading Affandie (RAF) dilahirkan di Banjarsari, Ciamis tanggal 2 Oktober tahun 1929, buah pernikahan Bapak Udin Tampura dengan Ibu Ratna Permana, pendidikannya dimulai di HIS, dan selepas itu pada zaman Jepang melanjutkan ke pendidikan Pesantren, tepatnya di Pesantren Miftahul Huda Ciamis. Pada masa revolusi RAF muda melanjutkan ke sekolah Pertanian Tasikmalaya, dan Sekolah Menengah Atas di Bandung. Jenjang pendidikan tingginya di lalui di Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta, sampai tingkat Sarjana Muda. Minat pada kesusastraan menurut pengakuannya karena pengaruh E. Soewitaatmadja, kakak ibunya yang memelihara dirinya semenjak kecil. Tahun 1963 ia diangkat sebagai pegawai Perkebunan Negara IX sampai dengan pensiun dari PTP XII pada tahun 1983.
Sebagai sastrawan Sunda yang produktif, RAF sudah mengarang ratusan naskah sinetron, operet, beberapa novel, diantaranya Nu Kaul Lagu Kaleon (1989), Bentang Lapang serta kumpulan Carpon Dongeng Enteng ti Pasantren (1961). Karya berupa Naskah Drama diantaranya Dakwaan dan Yaomal Qiyamah yang ditulis pada tahun 1950-an serta telah dipergelarkan puluhan kali. RAF juga menulis skenario film si Kabayan juga Ratu Ular yang ditayangkan oleh TVRI Pusat. Berbagai penghargaan pernah diterimanya. Naskah serial Inohong di Bojong Rangkong yang ditulisnya tidak kurang dari 110 judul. Tahun 1961 RAF dianugerahi hadiah LBSS untuk buku kumpulan carpon Dongeng Enteng ti Pasantren. Tahun 1990 dianugerahi hadiah Rancage untuk novelnya yang berjudul Nu Kaul Lagu Kaleon.
Berkaitan dengan banyaknya jasa yang dihasilkannya didalam mengembangkan Basa dan Sastra, suami dari Ibu Hj. Ineu Martini yang telah memberikan 5 putera dengan 8 cucu ini tahun 1998 sekali lagi dianugerahi hadiah Rancage.
Tahun 1951-1954, RAF pernah menjadi komentator sepakbola di RRI Jakarta dan Bandung. RAF juga tokoh yang besar jasanya didalam mengembangkan pamor Persib. Tahun 1954-1955, RAF jadi Ketua komisi teknik di Persib. Pemain Persib terkenal yang pernah menjadi asuhannya diantaranya saja Rukman, Komar, Rukma dan Parhim. Tahun 1998, buku Biografi "RAF Urang Banjarsari jadi Inohong di Bojongrangkong," diterbitkan oleh Geger Sunten. Demikian pula perjalanan RAF menunaikan ibadah haji, dibukukan oleh Geger Sunten, judulnya "Akina Puri ka Tanah Suci".
Karya-karya RAF, baik yang berbahasa Sunda maupun Indonesia umumnya tidak lepas dari nafas daerah (Sunda) yang islami. Contohnya saja,"Inohong" yang merupakan sinetron komedi satir, tetap memiliki pulasan islami serta seni Sundanya. Konsep seni yang Islami sejak lama sudah digunakan RAF. Tahun 1963 RAF merintis kasidah modern yaitu Lingga Binangkit. Sepuluh tahun kemudian Lingga Binangkit mengembangkan diri menjadi grup lainnya yaitu Patria. Ciri lainnya yang melekat yang ditulis RAF yaitu satirnya yang pedas tapi melalui penyampaian yang halus. Malahan jauh sebelum jaman reformasi, RAF yang mantan anggota DPRD Jabar dari Fraksi Karya Pembangunan, dalam kritik-kritiknya selalu membuat merah kuping pemerintah. (wrs)
Sumber: Tabloid Galura dan wawancara dengan Pak RAF