SEJARAH SEBAGAI PENDORONG TERWUJUDNYA PERADABAN BANGSA YANG MADANI DAN MARDOTILLAHOleh: H.R. Hidayat Suryalaga

10 Apr 2003 - 2:22 am

Beberapa wacana adagium tentang sejarah dan peradaban manusia bahwa: pada dasarnya manusia itu adalah mahluk berperadaban (Al Insan Madaniyun bit Tab'I - Ibn Khaldun). Untuk menghancurkan suatu bangsa hilangkan saja kebanggaan akan sejarahnya. Menurut Sosiolog Barat, kacida hinana bangsa nu teu bogaeun sajarahna (betapa hinanya bangsa yang tidak mempunyai sejarahnya). Hal ini terungkap dalam Dialog Drama Sanghiyang Tapak - Teater Sunda Kiwari pada Tahun 1987.

Sejarah adalah representasi dari peradaban bangsa, hal itu telah kita fahami. Bila kita simak peradaban Bangsa Indonesia dewasa ini, sangat tidak membanggakan. Sampai-sampai ada seorang budayawan ternama yang merasa malu menjadi Bangsa Indonesia. Kalau demikian jelas ada yang salah dalam perjalanan sejarah bangsa ini. Kalau produk sejarah adalah suatu peradaban, maka yang harus ditelusuri adalah landasan filsafat (praksis) kesejarahan/historiografi yang dianut di negara kita; sebab filsafat yang dianut ini akan mewarnai seluruh penulisan dan metari pendidikan sejarah bangsa kita.

Setelah menyimak buku Masyarakat dan Sejarah (Murtadha Mutahhari, Mizan-1986), khususnya Bab XI, tercantum beberapa landasan filsafat historiografi. Kita bandingkan filsafat historiografi yang dianut di Indonesia dengan pendapatnya tersebut. Masalah dinamika sejarah dan faktor-faktor penggerak yang menyebabkan gerak maju masyarakat (peradaban) biasanya ditemukan teori.

Teori Rasial, intinya adalah adanya Ras/Suku Bangsa/Bangsa yang mampu menciptakan peradaban yang superior, ras/suku bangsa lainnya hanyalah sebagai konsumen dari produk-produk ras unggulan ini. Demikian pandangan dari Aristoteles dan Count Gobino seorang Filsuf Perancis.

Teori Geografis, menurut teori ini lingkungan fisik menentukan kualitas peradaban bangsa yang mendiaminya. Kawasan beriklim sedang berkemungkinan menjadi pusat sejarah peradaban yang tinggi. Montesquieu, sosiolog Perancis abad ke 17 mendukung teori ini. Ibnu Sina pun dalam bukunya Al-Qanun cenderung mendukung teori ini.

Teori Peranan Jenius dan Pahlawan, menurut teori ini sejarah dan peradaban bangsa adalah hasil kerja para jenius dan pahlawan. Masyarakat hanyalah pengikut dan konsumen saja dari karya mereka. Carlyle pemikir bangsa Inggris dalam bukunya Heroes, Hero Worship and Heroic in History menganut teori ini. Maka lahirlah pernyataan bahwa sejarah itu adalah perjuangan antara para jenius dan para pahlawan dengan orang-orang biasa. Selain itu juga sejarah itu bermula dari riwayat hidup orang-orang besar dan para pahlawan.

Teori Ekonomi, menurut teori ini, ekonomilah penggerak sejarah peradaban bangsa. Hubungan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, produksi dan konsumen akan mengubah sejarah dan peradaban. Karl Marx dan kaum Marxis menganut teori ini. Boleh jadi teori inilah yang mendominasi sejarah dan peradaban bangsa/manusia saat ini.

Teori Keagamaan, menurut teori ini, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini telah ditentukan oleh kebijaksanaan sempurna Tuhan. Maka sejarah yang teralami adalah perwujudan Kehendak Tuhan. Bossuet seorang sejarawan Perancis pada abad pertengahan menganut faham ini (mungkin dalam literatur Islam dikenal pula faham Jabariah).

Teori Filsafat Manusia, menurut teori ini manusia mempunyai sifat evolusioner untuk memajukan sejarah peradabannya. Sifat yang melekat itu adalah: pengembangan dari pengalaman yang dilaluinya, kemampuan belajar lisan/tulisan, kemampuan bernalar dan mencipta dan kecenderungan untuk selalu bergerak memperbaharui.

Itulah filsafat sejarah yang diungkap oleh Murtadha Mutahhari. Dengan mengikuti gambaran di atas kita bisa mencoba merangkai Teori Sejarah yang mana paling dominan mewarnai perjalanan filsafat sejarah di negara kita. Atau mungkin menggunakan semua teori. Bila demikian pada tataran apa kesalahan yang telah kita perbuat sehingga peradaban bangsa kita terpuruk?

Hal ini merupakan beban pikiran kita dan ingat pada salah satu firman Allah SWT, bahwa bila ada permasalahan dalam kehidupan manusia kembalilah kepada Al Qur'an. Dalam hal ini kita coba tafakur mengenai makna sejarah yang tersurat maupun tersirat dalam kandungan Kitabullah tersebut. Dengan segala keterbatasan pengetahuan mengenai Al Qur'an, marilah kita menyimak Wahyu Agung, yang pada hakikatnya berkisah tentang Sejarah Manusia (Mahluk) dengan segala peradabannya.

Ada dikisahkan tentang Peradaban Manusia yang berhasil dan diridhoi Alloh SWT dan Peradaban Manusia yang dimurkai-Nya (dan ini sebagai hasil proses kesejarahan manusia pada jamannya, mencakup tataran kesejarahan idea/konsep-konsep/pandangan hidup, normatif/syiar dan etika serta fisik, kejadian-kejadian/al madi serta bentuk benda-benda ragawi lainnya.

Sejarah Peradaban manusia yang tersurat dan tersirat di dalam Al-Qur'an mencakup peristiwa yang telah terjadi, yang sekarang pun masih tetap terjadi. Aktual-kontekstual dan apa yang akan terjadi termasuk keimanan sejarah yang akan dialami di akhirat nanti; semuanya akan dipaparkan dalam kaitan hukum sebab-akibat sebagai kausalitas yang terang benderang.

Bila menyimak ke 6 teori tentang sejarah tersebut, semuanya terjadi dalam kisah-kidah Al-Qur'an, seperti halnya: Teori Rasial, bagaimana diunggulkannya Bani Israil, Bani Quraisy dan keturunan Nabi Daud S serta Nabi Ibrahim AS dan serta yang lainnya. Teori Geografis, tersirat dalam surat Ar Ruum dan juga dalam beberapa Hadist; Teori Para Jenius dan Pahlawan; betapa jelas kejeniusan para Nabi misalnya saja Nabi Sulaeman AS, Nabi Nuh AS. Nabi Muhmmad SAW, serta para syuhada. Teori Ekonomi, tergambarkan dalam Surat ke 106 (Quraisy) demikian pula dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW dengan isterinya Khadijah. Teori Keagamaan, ini pun tersurat dan tersirat adanya bangsa-bangsa yang runtuh dan hilang baik ditafsirkan secara Jabariah maupun Qodariyah. Teori Sifat Manusia, dalam hal ini Allah bersabda bahwa manusia berbeda-beda dan mempunyai tahap-tahap perkembangannya (a.l QS.55:1-4. QS. 96: 1-4).

Dan yang ahengnya - Allhu-Akbar! Seluruh teori di atas tergambar dalam kisah-kisah Al-Qur'an dengan keadaan yang serba seimbang. Ternyata keseimbangan merupakan tolok ukurnya fi dunya wal akhiroh dan itu bisa diartikan tidak melebihi batas.

Filsafat/praksis historiografi/kesejarahan yang sebaiknya kita pakai sebagai landasan sejarah dalam peradaban bangsa kita, kita melihat keseluruhannya bersifat holistik komparatif dan ekliktik. Tetapi semuanya harus bermuara dan mengacu pada sejarah yang berproses serta berlandaskan akhlakulkarimah dengan tujuan akhir terbentuknya peradaban manusia yang madani dan mardotillah yakni dalam hal ini manusia yang berperadaban dan diridhoi Allah SWT.

Ada lima klasifikasi akhlak/moral yang harus menjadi ruh dari sejarah peradaban manusia yang harus diwujudkan oleh individu maupun masyarakat, yaitu: Akhlak Manusia terhadap Tuhannya (AMT) yang ditandai dengan kualitas Iman dan Taqwa (Imtaq). Akhlak Manusia terhadap Pribadinya (AMP) ditandai dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Akhlak Manusia terhadap Manusia lainnya (AMM) ditandai dengan silaturahimnya dan Akhlak Manusia terhadap Alam (AMA) ditandai dengan kesadaran ekologinya serta Akhlak Manusia dalam mencapai kesejahteraan lahir dan batinnya (AMLB) ditandai dengan kesadaran etika, tahu batas dan kualitas nuraninya.

Konsep pembagian 5 tataran Akhlak/Moral ini bersumber dari buku Pandangan Hidup Urang Sunda, Dr.Suwarsih Warnaen dkk. Depdikbud 1986. Apabila Filsafat (praksis) sejarah yang digunakan di negara kita terutama di bidang pendidikan formal berbasiskan pada akhlak Insya Allah sejarah peradaban manusia akan menghantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang diridhoi Allah SWT.

Kontribusi sejarah Sunda bagi terwujudnya Peradaban Bangsa sebenarnya cukup banyak baik sebagai peristiwa sejarah (sejarah obyektif) maupun sebagai tafsiran sejarah (pemaknaan subyektif). Tetapi seringkali semuanya itu dilahap habis oleh keserakahan Politikalisasi sejarah demi kepentingan sesaat atau kepentingan kelompok tertentu saja. Mungkin hal ini yang terjadi pada kehidupan sejarah baik di Tatar Sunda pada khususnya dan umumnya di negara kita tercinta Indonesia.

Semoga saja para sejarahwan baik yang beraliran obyektif/positif/tradisonal maupun yang subyektif/idealis begitu pula para politisi dan para pembuat kebijakan, mampu mengarahkan pencerahan peradaban bangsa melalui perjalanan sejarah yang berlandaskan akhlakulkarimah seperti yang tersurat dan tersirat dalam filsafat historiografi yang Qur'ani. Peradaban manusia yang Madani dan Mardotillah. ***