DR.Ir. Mubiar Purwasasmita"Leuweung Ruksak, Cai Beak, Manusa Balangsak"

24 Dec 2003 - 2:25 am

"Jangan melihat pohon melulu sebagai sesuatu yang dibatasi waktu untuk bisa memanen kayunya, karena hakekatnya, sejak ditanam, pohon itu sudah berguna bagi manusia, karena tiap detik secara terus-menerus dari pohon itu akan memproduksi oksigen (O2) yang sangat dibutuhkan manusia. Memasuki dewasa, pohon akan menjaga ketersediaan air dan selalu mengikat tanah. Untuk itu: "Kami mengajak, Sok Parelak". Sukseskan oleh kita penghijauan reboisasi lahan kosong. Kepada Jajaran KORPRI kami wajibkan tiap tahun menanam sepuluh pohon!" Demikian kira-kira ajakan dan himbauan Gubernur Jabar pada semua jajaran serta stafnya di lingkungan Pemprov Jawa Barat untuk peduli pada gerakan penghijauan kembali lahan-lahan dengan pepohonan.

Ajakan gubernur yang "concern" untuk membenahi hutan serta lingkungan di Jawa Barat yang rusak ini sejalan dengan apa yang saat ini ditekuni dan digarap oleh Tokoh kita kali ini, yaitu DR.Ir. Mubiar Purwasasmita. Tim pakar yang aktif bersama mantan gubernur serta sesepuh Jawa Barat Bapak Solihin GP serta tokoh-tokoh lainnya ini di Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) ini walaupun berlatar belakang Sarjana Teknik Kimia ITB serta lulus Doktor Teknologi Pemrosesan di Institut Nationale Polytechnique de Lorraine di Nancy Perancis tahun 1985, ketertarikan, kepedulian serta aktivitasnya di bidang kehutanan serta lingkungan hidup, khususnya di Jawa Barat tidak diragukan lagi. Dalam beberapa kegiatan, sebagai dosen, peneliti dan pengabdi kepada masyarakat, baik sendiri maupun bersama tim semenjak tahun 2000 hingga sekarang telah melakukan banyak hal, khususnya dalam memecahkan berbagai masalah lingkungan alam yang kritis, khususnya yang menyangkut infrastruktur alam hutan, sungai, danau, pesisir, pulau dan udara.

Saat bersama Dinas Tata Ruang dan Permukiman Jawa Barat dan Komunitas SundaNet.Com, dimana beliau selaku salah seorang narasumber bidang lingkungan melaksanakan Kegiatan Sosialisasi bidang Penataan Ruang di 8 Kabupaten/Kota di Jawa Barat, dalam setiap uraiannya senantiasa mengingatkan pentingnya semua jajaran pemerintah, swasta, LSM maupun masyarakat melakukan "Pemulihan Kawasan Lindung untuk Menciptakan Iklim Mikro yang Handal". Untuk itu menurutnya, penebangan hutan harus distop dan harus dibangun kawasan-kawasan lindung. Mubiar berpendapat pula bahwa iklim mikro yang terselamatkan adalah berkat masih tersisanya hutan. Berkaitan dengan ini, sarannya pula perbanyaklah kebun bibit untuk kawasan lindung Jawa Barat.

Saat berbincang-bincang dengan SundaNet.Com mengenai perlunya melestarikan Daerah Aliran Sungai di Jawa Barat, putera Sumedang yang dilahirkan pada 27 Desember 1951 dari pasangan Bapak Hajar Purwasasmita (alm) serta ibu R. Robiah Sumawisastra (alm) yang keduanya berprofesi guru dan pendiri SGB dan SGA di Sumedang ini menekankan perlunya menggali kembali kearifan budaya lokal dan tata ruang keseksamaan DAS. Kearifan lokal kita mengajarkan, untuk menjaga lingkungan. Ada beberapa upaya yang harus dijalankan, yaitu: gunung-kaian, gawir-awian, cinyusu-rumateun, sampalan-kebonan, pasir-talunan, dataran-sawahan, lebak-caian, legok-balongan, situ-pulasaraeun, lembur-uruseun, walungan-rawateun, sarta basisir-jagaeun.

Suami dari Ibu Mintarsih binti H. Iyon asal Garut lulusan Sarjana Ekonomi UNPAD ini dalam perjalanan karirnya pernah bekerja pada pabrik PT. Keramik Indonesia Asosiasi hingga tahun 1978, menjabat Pembantu Rektor bidang Perencanaan, Pengembangan dan Pengawasan ITB (1993-1997), Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat ITB (1997-2000), dan saat ini menjabat Ketua Lembaga Kajian Strategi Paguyuban Pasundan (sejak 1999) dan mengerjakan pengembangan Konsep Multiskala yang menyangkut keberadaan dan keterkaitan sistem Usaha Desa, Nasional dan Global. Dalam perbincangan lainnya mengenai DPLKTS, Mubiar menegaskan sasaran DPKLTS bertahap tapi pasti. Slogannya mengenai pelestarian alam di Tatar Sunda "Kami moal ngelehan, Kami moal ngelehkeun, tapi pasti nepi ka tujuan. Ngan hampura, bisi aya nu kalabrak, kasered kabawa palid, kabanjiran jeung kakeueum, da bongan ngahalangan jeung aya dina jajalaneun kami".