KUNINGAN: DENGAN AMANAT SEWAKA DARMA DARI PRABUGURU DARMASIKSAUpaya Memanfaatkan Nilai Budaya Lokal yang Terkandung dalam Kropak 632 sebagai Kontribusi bagi Kesejahteraan Bangsa

1 Dec 2004 - 4:12 am

PURWA WACANA
Ternyata berdasarkan data historis wilayah Kuningan mempunyai kedudukan yang sangat kuat dan mendasar dalam memberi warna pada karakter Urang Sunda/Jawa Barat. Berbahagialah kita yang kini masih berkesempatan untuk menyimak, menafakuri, dan mengamalkan kearifan lokal. Meskipun sedikit terlambat bagi kita untuk mengetahui nilai-nilai kearifan nenek moyang kita.

Dalam khazanah naskah kuno Tatar Sunda, dikenal sebuah naskah dengan nama SEWAKA DARMA atau AMANAT GALUNGGUNG atau NASKAH CIBURUY (tempat ditemukannya naskah tsb, di daerah Garut) dengan kode Kropak No. 632. Ditulis di atas 7 lembar daun nipah dengan menggunakan aksara Sunda. Siapakah Prabu Guru Darmasiksa dan apa isi amanatnya itu. Kita coba runut dalam wacana di bawah ini.


KERAJAAN SAUNGGALAH I (KUNINGAN)
Awal kisah di mulai dari wilayah yang sekarang dinamai Kabupaten Kuningan. Ketika itu disebut dengan nama Kerajaan Saunggalah I yang telah ada sejak awal abad ke 8 M. Diawali dengan Rajaresi Demunawan putera dari Rahiyang Sempakwaja dari Galunggung/Galuh. Dalam pandangan hirup Urang Sunda ektika itu bila seorang Raja bergelar Resiguru diyakini telah mampu membuat sebuah ajaran (visi, pandangan hidup) yang dijadikan acuan kehidupan masyarakatnya. Hal ini dibuktikan oleh salah seorang keturunannya yang melaksanakan ajaran tersebut, yaitu PRABUGURU DARMASIKSA (1175-1297 M, memerintah selama 112 tahun !) salah seorang raja di Saunggalah I (persisnya di desa Ciherang, Kadugede, Kuningan). Yang nantinya pindah ke Saunggalah II (di daerah Mangunreja, Tasikmalaya), selanjutnya menjadi raja Di Pakuan Pajajaran.


NILAI PANDANGAN HIDUP YANG TERKANDUNG DALAM AMANAT PRABUGURU DARMASIKSA
Prabuguru Darmasiksa inilah yang memberikan amanat kepada keturunan dan masyarakat Tatar Saunggalah/Tatar Sunda dengan diberi nama SEWAKA DARMA, intisarinya adalah:


  1. HALAMAN 1
    Pegangan Hidup:

    • Prabu Darmasiksa menyebutkan lebih dulu 9 nama-nama raja leluhurnya. Ini menandakan kesadaran akan sejarah diri.
    • Prabu Darmasiksa memberi amanat ini adalah sebagai nasihat kepada seluruh keturunannya dan semuanya.

  2. HALAMAN 2
    Pegangan Hidup:

    • Perlu mempunyai kewaspadaan akan kemungkinan dapat direbutnya kemuliaan (kewibawaan dan kekuasaan) serta kejayaan bangsa sendiri oleh orang asing.

    Perilaku Negatif:

    • Jangan merasa diri yang paling benar, paling jujur, paling lurus. Jangan menikah dengan saudara. Jangan membunuh yang tidak berdosa. Jangan merampas hak orang lain. Jangan menyakiti orang yang tidak bersalah. Jangan saling mencurigai.

  3. HALAMAN 3
    Pegangan Hidup:

    • Harus dijaga kemungkinan orang asing dapat merebut kabuyutan (tanah yang disakralkan.
    • Bila terjadi perang, pertahankanlah kabuyutan yang disucikan itu.
    • Cegahlah kabuyutan (tanah yang disucikan) jangan sampai dikuasai orang asing.
    • Lebih berharga kulit lasun (musang) yang berada di tempat sampah dari pada raja putra yang tidak bisa mempertahankan kabuyutan / tanah airnya.

    Perilaku Negatif:

    • Jangan memarahi orang yang tidak bersalah. Jangan tidak berbakti kepada leluhur yang telah mampu mempertahankan tanahnya (kabuyutannya) pada jamannya.

    Kandungan Nilai:

    • Hidup harus mempunyai etika.
    • Tanah kabuyutan, tanah yang disakralkan, bisa dikonotasikan sebagai tanah air (lemah cai, ibu pertiwi). Untuk orang Kuningan ya wilayahnya itulah tanah yang disucikannya. Untuk orang Sunda adalah Tatar Sunda-lah tanah yang disucikannya (kabuyutannya). Akhirnya seluruh persada bumi Pertiwi ini adalah tanah yang sakral bagi Bangsa Indonesia. Kesadaran akan keutuhan wilayah inilah yang kini disebut dengan kesadaran Geopolitis.
    • Siapa yang bisa menjaga tanah airnya akan hidup bahagia. Bisa dimaknai pula bahwa bila kita (bangsa Indonesia) tetap dapat menjaga dan berdaulat di Nusantara ini, maka kita akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi generasi yang akan datang.
    • Pertahankanlah eksistensi tanah air kita itu. Jangan sampai dikuasai orang asing. Demikian pula dengan kedaulatan tanah air Indonesia.
    • Alangkah hinanya seorang anak bangsa, jauh lebih hina dan menjijikan dibandingkan dengan kulit musang (yang berbau busuk) yang tercampak di tempat sampah (tempat yang hina dan berbau busuk ), bila anak bangsa tsb tidak mampu mempertahankan tanah airnya. Dalam masa sekarang adalah kesadaran nasionalisme.

  4. HALAMAN 4
    Pegangan Hidup:

    • Hindarilah sikap tidak mengindahkan aturan, termasuk melanggar pantangan diri sendiri.
    • Orang yang melanggar aturan, tidak tahu batas, tidak menyadari akan nasihat para leluhurnya, sulit untuk diobati sebab diserang musuh yang "halus".
    • Orang yang keras kepala, yaitu orang yang ingin menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat ayah-bunda, tidak mengindahkan ajaran moral (patikrama). Ibarat pucuk ilalang yang memenuhi padang.

  5. HALAMAN 5
    Pegangan hidup:

    • Orang yang mendengarkan nasihat leluhurnya akan tenteram hidupnya, berjaya. Orang yang tetap hati seibarat telah sampai di puncak gunung.
    • Bila kita tidak saling bertengkar dan tidak merasa diri paling lurus dan paling benar, maka manusia di seluruh dunia akan tenteram, ibarat gunung yang tegak abadi, seperti telaga yang bening airnya; seperti kita kembali ke kampung halaman tempat berteduh.
    • Peliharalah kesempurnaan agama, pegangan hidup kita semua.
    • Jangan kosong (tidak mengetahui) dan jangan merasa bingung dengan ajaran keutamaan dari leluhur.

  6. HALAMAN 6
    Pegangan Hidup:

    • Sang Raja Purana merasa bangga dengan ayahandanya (Rakeyan Darmasiksa), yang telah membuat ajaran/pegangan hidup yang lengkap dan sempurna.
    • Bila ajaran Prabu Darmasiksa ini tetap dipelihara dan dilaksanakan maka akan terjadi:
      - Raja pun akan tenteram dalam menjalankan tugasnya.
      - Keluarga/tokoh masyarakat akan lancar mengumpulkan bahan makanan.
      - Ahli strategi akan unggul perangnya.
      - Pertanian akan subur dan akan panjang umur.
    • Fungsi SANG RAMA (keluarga, yang dituakan) bertanggung jawab atas kemakmuran hidup.
    • Fungsi SANG RESI (cerdik pandai, ilmuwan), bertanggung jawab atas kesejahteraan.
    • Fungsi SANG PRABU (birokrat, termasuk unsur Trias Politica)) bertanggung jawab atas kelancaran pemerintahan yang berdasarkan hukum.

    Perilaku Negatif:

    • Jangan berebut kedudukan. Jangan berebut penghasilan. Jangan berebut hadiah.

    Perilaku Positif:

    • Harus bersama-sama mengerjakan kemuliaan, melalui: perbuatan, ucapan dan itikad yang bijaksana.

    Kandungan Nilai:

    • Seorang ayah/orang tua harus menjadi kebanggaan puteranya/keturunannya.
    • Melaksanakan ajaran yang benar secara konsisten akan mewujudkan ketenteraman dan keadilmakmuran. Hidup jangan serakah.
    • Kemuliaan itu akan tercapai bila dilandasi dengan tekad, ucap dan lampah yang baik dan benar. (tekad = itikad; ucap = ucapan, perkataan; lampah = aktualisasi, perilaku yang nyata).

  7. HALAMAN 7
    Pegangan Hidup:

    • Kita akan menjadi orang terhormat dan merasa senang bila mampu menegakkan agama/ajaran. Kita akan menjadi orang terhormat/bangsawan bila dapat menghubungkan kasih sayang/silaturahim dengan sesama manusia. Itulah manusia yang mulia.
    • Dalam ajaran patikrama (etika), yang disebut bertapa itu adalah beramal/bekerja, yaitu apa yang kita kerjakan. Buruk amalnya ya buruk pula tapanya, sedang amalnya ya sedang pula tapanya; sempurna amalnya/kerjanya ya sempurna tapanya. Kita menjadi kaya karena kita bekerja, dan itu berhasil tapanya. Orang lainlah yang akan menilai pekerjaan/ tapa kita.

    Perilaku Positif:

    • Perbuatan, ucapan dan tekad harus bijaksana. Harus bersifat hakiki. Harus bersungguh-sungguh. Harus memikat hati. Murah senyum; berseri hati; mantap bicara.

    Perilaku Negatif:

    • Jangan berkata berteriak. Jangan berkata menyindir-nyindir. Jangan menjelekkan sesama orang. Jangan berbicara mengada-ada.

  8. HALAMAN 8
    Pegangan hidup:

    • Bila orang lain menyebut kerja kita jelek, yang harus disesali adalah diri kita sendiri.
    • Adalah tidak benar, karena takut dicela orang, lalu kita tidak bekerja/bertapa.
    • Tidak benar pula bila kita berkerja hanya karena ingin dipuji orang.
    • Orang yang mulia itu adalah yang sempurna amalnya, dia akan kaya karena hasil tapanya itu. Camkan ujaran para orang tua agar masuk surga di kahiyangan.
    • Kejujuran dan kebenaran itu ada pada diri sendiri. Itulah yang disebut dengan kita menyengaja berbuat baik.

    Perilaku Positif:

    • Yang disebut orang yang berkemampuan itu adalah oang yang cekatan, terampil, tulus hati, rajin, tekun, bertawakal, tangkas, bersemangat, perwira/berjiwa pahlawan, cermat, teliti, penuh keutamaan/berani tampil. Yang dikatakan ini semuanya disebut orang yang "Berhasil tapanya. Benar-benar orang yang kaya. Kesempurnaan amal yang mulia.

  9. HALAMAN 9
    Pegangan Hidup:

    • Perlu diketahui bahwa yang mengisi neraka itu adalah manusia yang suka mengeluh karena malas beramal; banyak yang diinginkannya tetapi tidak tersedia di rumahnya; akhirnya meminta-minta kepada orang lain.

    Perilaku Negatif:

    • Arwah yang masuk ke neraka itu dalam tiga gelombang, yaitu manusia yang mempunyai karakter: Pemalas, keras kepala, pandir/bodoh, pemenung, pemalu, lamban,lengah, mudah tersinggung/babarian, kurang semangat, gemar tiduran, tidak tertib, mudah lupa, tidak punya keberanian/pengecut, mudah kecewa, keterlaluan/luar dari kebiasaan, selalu berdusta, bersungut-sungut, menggerutu, mudah bosan, segan mengalah, ambisius, mudah terpengaruh, mudah percaya padangan omongan orang lain, tidak teguh memegang amanat, sulit hati, rumit mengesalkan, aib, nista.

    Kandungan Nilai:

    • Manusia perlu menyadari keadaan dirinya.
    • Jangan konsumtif tetapi harus produktif dan pro-aktif, beretos kerja tinggi serta mempunyai kepribadian dan berkarakater yang positif.
    • Karater yang negatif membawa kesengsaraan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

  10. HALAMAN 10
    Pegangan Hidup:

    • Orang pemalas tetapi banyak yang diinginkannya selalu akan meminta dikasihani orang lain. Itu sangat tercela.
    • Orang pemalas seibarat air di daun talas, plin-plan namanya. Jadilah dia manusia pengiri bila melihat keutamaan orang lain.
    • Amal yang baik seperti ilmu padi makin lama makin merunduk karena penuh bernas.
    • Bila setiap orang berilmu padi maka kehidupan masyarakat pun akan seperti itu.
    • Janganlah meniru padi yang hampa, tengadah tapi tanpa isi.
    • Jangan pula meniru padi rebah muda, hasilnya nihil, karena tidak dapat dipetik hasilnya.

    Kandungan Nilai:

    • Minta dikasihani orang itu adalah tercela.
    • Manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan dan berakhlak mulia, sehingga kualitas dirinya prima, seperti padi yang bernas.
    • Orang yang pongah, tidak berilmu dan berkarakter rendah tak ubahnya seperti padi hampa.

  11. HALAMAN 11
    Pegangan Hidup:

    • Orang yang berwatak rendah, pasti tidak akan hidup lama.
    • Sayangilah orang tua. Bertanyalah kepada orang-orang tua tentang hukum para leluhur, agar hidup tidak tersesat.
    • Ada dahulu (masa lampau) maka ada sekarang (masa kini), tidak akan ada masa sekarang kalau tidak ada masa yang terdahulu.
    • Ada pokok (pohon) ada pula batangnya, tidak akan ada batang kalau tidak ada pokoknya.
    • Bila ada tunggulnya maka tentu akan ada batang (catang)-nya
    • Ada jasa tentu ada anugerahnya. Tidak ada jasa tidak akan ada anugerahnya.
    • Perbuatan yang berlebihan akan menjadi sia-sia.

  12. HALAMAN 12
    Pegangan Hidup:

    • Perbuatan yang berlebihan akan menjadi sia-sia, dan akhirnya sama saja dengan tidak beramal yang baik.
    • Orang yang terlalu banyak keinginannya, ingin kaya sekaya-kayanya, tetapi tidak berkarya yang baik, maka keinginannya itu tidak akan tercapai.
    • Ketidakpastian dan kesemerawutan keadaan dunia ini disebabkan karena salah perilaku dan salah tindak dari para orang terkemuka, penguasa, para cerdik pandai, para orang kaya; semuanya salah bertindak, termasuk para raja di seluruh dunia.

  13. HALAMAN 13
    Pegangan Hidup:

    • Keinginan tidak akan tercapai tanpa berkarya, tidak punya keterampilan, tidak rajin, rendah diri, merasa berbakat buruk. Itulah yang disebut hidup percuma saja.
    • Tirulah wujudnya air di sungai, terus mengalir dalam alur yang dilaluinya. Itulah yang tidak sia-sia. Pusatkan perhatian kepada cita-cita yang diinginkan. Itulah yang disebut dengan kesempurnaan dan keindahan.
    • Teguhkan semangat tidak memperdulikan hal-hal yang akan mempengaruhi tujuan kita.

    Perilaku Positif:

    • Perhatian harus selalu tertuju/terfokus pada alur yang dituju.
    • Senang akan keelokan/keindahan.
    • Kuat pendirian tidak mudah terpengaruh.
    • Jangan mendengarkan ucapan-ucapan yang buruk.
    • Konsentrasikan perhatian pada cita-cita yang ingin dicapai.


PUNGKASAN WACANA
Itulah intisari naskah Galunggung (Kropak 632), yang saya sebut pula dengan Amanat Prabuguru Darmasiksa. Kini terpulang kepada kita dalam menelusuri, memilih serta memilah dan mensistemasikan nilai-nilai luhur yang diamanatkan oleh Prabuguru Darmasiksa kepada kita. Khususnya masyarakat Tatar Kuningan, Tatar Sunda, bukankah dengan tegas beliau mengamanatkan bahwa amanatnya ini ditujukan bagi kita semuanya untuk terus berusaha mewujudkan masyarakat yang berbudaya yang Madani Mardhotillah.



Oleh: H.R.Hidayat Suryalaga

* Disampaikan pada Sosialisasi Garapan Dinas Tataruang & Permukiman Prop. Jabar. Di Kab. Kuningan, 17-10-2003
* Makalah pernah disampaikan pada Simposium Internasional Pernaskahan Nusantara VI (SIPN-VI) oleh MANASSA Cabang Bandung (Jawa Barat), 12-14 Agustus 2002 di Hotel Puri Khatulistiwa - Jatinangor - Sumedang


Sumber rujukan:

  • Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat. Drs. Saleh Danasasmita dkk. Pemerintah Propinsi Daerah Tk I. Jawa Barat. 1983-1984.
  • Sewaka Darma. Sanghiyang Siksa Kandang Karesian - Amanat Gakunggung. Ayatrohaedi dkk. Depdikbud. 1987.