SENI BENJANG

22 Aug 2001 - 4:27 am

Benjang merupakan salah satu jenis kesenian rakyat berupa gulat dan tarian. Benjang diiringi dengan Terebang, Gendang, Terompet, Bedug dan Kecrek. Menurut beberapa catatan, benjang diciptakan oleh Santari dan Madsari dari Ciwaru, Ujungberung, Bandung sekitar abad ke 18.

Gulat bertitik tolak dari ujungan tetapi kemudian tidak lagi mempergunakan rotan, melainkan dengan cara saling merobohkan seperti dengkek, dorong, cetok, ledot, dan teknik lainnya.

Bila didalam pertarungan lawan dirasakan berat, cara mengakhirinya cukup sopan yaitu dengan mengajaknya bersalaman.

Tarian terdiri atas tari Badud, Bangbarongan, Kuda Lumping dan Tari Topeng Benjang. Lagu-lagu yang disajikan berupa Rudat yakni : "Tanakal", "Badatnala", "Barjanji","Salawat", "Asrokol". "Benjang" sendiri memiliki "Kidung Karatagan Benjang", "Renggong", "Senggot", "Padungdung", dan sebagainya. Ada juga yang dinamakan senggak, alok dan sorak-sorai yang kesemua itu biasanya dilakukan oleh laki-laki.

Sedangkan waditra terdiri dari 4 buah terebang (kempring, tojo, bungbrung, dan indung), kendang (kendang indung dan kulanter), terompet berlubang tujuh, bedug berukuran sedang dan kecrek. Benjang biasa dimainkan untuk memeriahkan hajatan seperti khitanan, menyambut awal penggarapan sawah, perayaan hari nasional, dan kegiatan lainnya.

Alwasim, murid Santari dan Madsari meneruskan seni benjang bersama nayaganya Radi dan Enggi. Kini benjang diteruskan oleh Taryo (penari topeng), Eme (peniup terompet), dan tari. Pelaksanaan benjang pada kenduri memeriahkan khitanan, dimulai pukul 8.00 dengan lagu Tatalu. Pukul 9.00 anak yang akan dikhitan diusung dengan Jampana dimandikan dikali diarak benjang.


* Sumber : Ensiklopedi Sunda, 2000.