Drs. Saini Karna MisastraHade Ku Omong Goreng Ku Omong

25 Aug 2001 - 12:00 am

Drs. Saini Karna Misastra dilahirkan di Sumedang pada tanggal 16 Juni tahun 1938. Beliau adalah putera dari pasangan Bapak Mohammad Said dan Ibu Aniah. Namanya sebagai seorang Budayawan Sunda lebih popular dengan sebutan Saini KM.

Garis keturunan dari pihak ibunya Saini KM berasal dari daerah Cirebon. Profesi dan jabatan yang diembannya cukup bervariasi dimulai sebagai penyair, penulis cerita pendek, lakon dan cerita silat dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Sunda. Beliau juga dosen di Akademi Seni Tari Indonesia, saat ini disebut Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) dan membidani Jurusan Seni Teater.

Saini KM menyelesaikan studinya di IKIP Bandung Jurusan Bahasa Inggris pada tahun 1977.
Semenjak masih menjadi mahasiswa perhatiannya terhadap sastra mulai tumbuh. Beliau juga menulis sajak dalam Bahasa Indonesia yang dimuat dalam Majalah Siasat, Budaya, Pustaka dan Budaya, serta majalah dan Surat Kabar lainnya. Sementara sajaknya dalam Basa Sunda dimuat dalam Surat Kabar Sipatahoenan, Majalah Langensari, Mangle, dan lain-lain.

Minatnya pada Seni Teater mendekatkan dirinya dengan STB (Studiklub Teater Bandung), terutama sebagai penulis lakon yang dipentaskan oleh kelompok tersebut. Dalam Bahasa Sunda Saini lebih banyak mencurahkan perhatiannya untuk menulis Cerita Pendek.

Saini KM pernah mengasuh ruang sastera remaja di Harian Umum Pikiran Rakyat dari tahun 1960 - 1964. Redaktur Majalah Mangle (1962-1964), Redaktur kemudian Wakil Pimpinan Redaksi Surat Kabar Harapan Rakyat (1966-1968), anggota DPRD Jabar (1967-1971), serta beberapa jabatan lainnya.

Sajak-sajak yang diciptakan oleh Inohong kita Saini KM ini telah dibukukan, diantaranya berjudul Nyanyian Tanah Air (1968), Rumah Cermin (1979) dan Sepuluh Orang Utusan (1989). Demikian pula dengan naskah dramanya telah banyak lakon-lakonnya yang dipentaskan bahkan meraih kejuaraan dalam berbagai sayembara.

Buah perkawinannya dengan Ibu Naneng Daningsih Saini KM telah dikaruniai 8 cucu dari 3 orang putera-puteri yang semuanya sudah mandiri. Saini KM memiliki hobi maenpo (pencak silat tradisional Sunda) dan olahraga rutin sepeda statis.

Inohong kita Saini KM ini adalah salah seorang aktivis di Bandung Spirit. Mantan Direktur Direktorat Kesenian RI ini menjelaskan bahwa keterlibatan di Bandung Spirit adalah untuk memberikan "rojongan" (dorongan) pada aspek kebudayaan yang "nyoko" (berpijak) pada aspek Budaya Sunda yang dikuasainya.

Bersama pemrakarsa lainnya, seperti Acil Bimbo (R. Darmawan Dayat Harjakusumah, SH), Herman Ibrfahim, Dr. Deddy Djamaludin Malik, Budi Rajab, Ir. Hendarmin Ranadireksa, serta Inohong Sunda lainnya, Saini KM mengajak segenap unsur masyarakat yang ada di Jawa Barat untuk bersama-sama ikut terlibat dalam menjaga "kaamanan lembur" yang merupakan banjar karang pamidangan, bali geusan ngajadi pikeun urang Sunda.

Dalam prakteknya, Bandung Spirit tidak berbentuk organisasi. Hanya merupakan kumpulan tokoh-tokoh masyarakat yang mencintai "sarakannana" agar masyarakat Jawa Barat serta ketenangannnya tidak "diangsonan deungeun". Selain itu juga merupakan ajang silaturahmi antar sesama Warga Bandung sehingga terjalin dengan baik sekaligus untuk meningkatkan antar warga.
Saini KM beserta para tokoh politik yang ada di Jawa Barat mengadakan secara periodic mengadakan pertemuan.

Kembali pada aktivitasnya di Bandung Spirit, Saini KM sering memberikan contoh bahwa seke seler Karuhun Sunda memiliki falsafah hidup dalam menangkal segala bentuk kekerasan. Diantaranya adalah mewujudkan pantun atau sisindiran berikut ini:

Mihape Kincir jeung Minyak
Ulah Kaancloman leungeun
Mihape Pikir jeung Niat
Ulah kaangsonan deungeun


Contoh sisindiran tersebut memberikan penjelasan bahwa masyarakat Sunda memiliki kearifan "indigenous". Karena pada dasarnya masyarakat Sunda adalah tipe masyarakat yang tidak menyukai pertengkaran. Kedewasaan orang Sunda diukur dari kemampuan dan keberaniannya dalam berbicara seperti dalam falsafah "hade ku omong, goreng ku omong".

Saini KM mengajak kita semua untuk merenungkan isi dari sisindiran berikut ini:

Kopo kondang - kopo kondang
Kopo dibangbara leuweung
Bodo bongan - bodo bongan
Bodo disangsara deuneun


Dengan memegang teguh palsafah tersebut, Insya allah kasus-kasus seperti yang dialami saudara-saudara kita di Sampit serta ditempat lainnya bisa dihindarkan.