Seni Batik

29 Aug 2001 - 12:00 am

Seni batik di Jawa Barat sudah di kenal semenjak ditulisnya naskah "Siksa Kandang Karesian" abad pada ke-16. Saat itu orang sunda sudah mengenal berbagai corak kain yang dalam Bahasa Sunda disebut samping dan batik. Beberapa macam corak lukisan (tulis), saat itu diantaranya pupujengan, hihinggulan, kekembangan, alas-alasan, sisirangan, toruk hata, kembang tarate, dan beberapa macam kain seperti kembang muncang, gagang senggang, anyam cayut, poleng rengganis, surat awi dan hujan riris.

Pada abad ke-20, kegiatan membuat batik berkembang di beberapa daerah, yaitu Cirebon (Trusmi), Indramayu (Paoman), Ciamis (Cikoneng), Tasikmalaya (Sukaraja, Cihideung, dan Cipedes), dan Garut (Tarogong). Masing-masing tempat mempunyai corak tersendiri yang khas, sehingga timbul sebutan Dermayon, Trusmian, Garutan, dan lain-lain.

Dalam khasanah corak batik Cirebon dikenal misalnya motif Taman Arum, Singa Barong, Mega Mendung dan lain-lain. Khasanah corak batik Dermayon terdapat motif kembang kapas, Pentil Kuista, Pacar Cina, Udang dan lain-lain. Corak batik Cirebon dan Indramayu tampak pengaruh India, Cina, Arab dan lain-lain.

Khasanah corak batik Ciamis terdapat pengaruh Banyumasan seperti motif pilin dalam rereng Barong, Rereng Endog dan Suliga, disamping motif flora dan fauna.

Corak batik Tasikmalaya yaitu corak batik Sukaraja dan Cipedes. Motif yang banyak dipakai adalah Gambir Saketi, Belah Ketupat, Rereng Bilik, Awi Ngarambat dan lain-lain. Batik Tasik sering dinamakan menurut pemesannya seperti rereng Jaksa, Rereng Haji Bilal, dan lain-lain. Dalam khasanah corak batik Garutan, terdapat diantaranya motif Turih Oncom, Merak Ngibing, Kawung Ece dan lain-lain.

Pada awalnya, umumnya pembuatan batik merupakan industri rumah yang dikerjakan pada waktu senggang, kemudian berkembang menjadi industri yang cukup besar. Pada tahun 1939 didirikan Mitra Batik di Tasikmalaya yang berkembang baik, tapi pada masa orde baru, produksi pengusaha batik pribumi banyak yang mengalami kemunduran bahkan usahanya tutup. Di Garut misalnya hampir tidak ditemukan lagi pengusaha batik. Walau demikian, di Trusmi, Ciamis dan Tasik masih ada pengrajin batik yang bertahan.


* Sumber: Ensiklopedi Sunda, penerbit Pustaka Jaya.