H. Abung Koesman SomawidjajaCiri Urang Sunda yang Nyunda Nyaeta Harus Cageur Bageur Bener jeung Pinter

30 Aug 2001 - 12:00 am

Ciri Urang Sunda anu Nyunda nyaeta manusa anu cageur jeung bageur. "Cageur" tersebut dapat diartikan sebagai manusia yang sehat dan sejahtera baik lahir maupun batin. Sedangkan "bageur", yaitu manusia yang hidupnya sesuai dengan kesadaran hukum yang harus ditaati.

Hal tersebut disampaikan sesepuh Jawa Barat H. Aboeng Koesman Somawidjaja, Inohong Sunda kita kali ini yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat Bidang Kesejahateraan Rakyat serta anggota DPR/MPR-RI.

Abung Koesman dilahirkan di Garut pada tanggal 24 April 1925. Sebelum menjabat Wakil Gubernur Jawa Barat H. Abung Koesman adalah Walikota Cirebon yang dijabatnya pada tahun 1972-1982.

Abung Koesman menamatkan pendidikan umumnya dari HIS, MULO/SMP dan tingkat menengah di ITB SENMON GAKKO serta pendidikan militer terakhir di SESKOAD. Keberhasilannya ini tidak lepas dari peranan serta bimbingan orang tuanya semasa dulu. Ayahandanya sangat keras dalam mendidik dan menerapkan disiplin terhadap putera-puterinya.

Abung Koesman di usianya yang ke-77 pada tahun ini, masih nampak aktif dan segar. Abung juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Paguyuban Pasundan sampai dengan tahun 2000 dan Ketua Yayasan Pasundan selama 2 (dua) periode.

Karier Militer dimulainya pada Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) di masa perjuangan dulu. Karir di militer lainnya adalah Pa/Dan POMDAN II/Bukit Barisan Medan serta Pa/Dan POMKOADAIT di Makasar. Abung Koesman juga pernah menjabat sebagai Pa/Dan POMDAN III Siliwangi di Bandung dan Pa/Dan DAN PUSDIKPOM di Cimahi.

Suami dari ibu Hj. Siti Hafijah dan Bapak dari 4 putera dan 3 puteri ini telah sukses mengantarkan putera-puterinya dalam bidang pendidikan.

Lebih lanjut Abung katakan, manusia anu cageur tersebut adalah manusia yang sehat dan sejahtera lahir batin. Manusia bageur, yaitu manusia yang hidup sesuai dengan kesadaran hukum yang harus ditaatinya. Disamping itu ada tambahan lainnya, yaitu harus bener dalam arti hidupnya lurus, terarah dan terencana. Pinter yaitu hidupnya berkualitas sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan hidupnya. Persyaratan lainnya yang harus ada adalah wanter, pangger (panceg hate), singer, teger jeung jujur.

Menurut pendapat Abung Kusman, manusia hidup harus bener. Bener disini dalam arti hidupnya lurus, terarah dan terencana. Selain itu manusia hidup harus pinter dimana hidupnya berkualitas sehingga mampu mengatasi berbagai permasalahan hidupnya. Persyaratan lainnya yang harus dimiliki setiap manusia Sunda adalah harus wanter, pangger (panceg hate), singer, teger jeung jujur.

Jati diri Ki Sunda atau yang biasa disebut Rawayan Jati Ki Sunda adalah manusia sunda yang Luhung Elmu, termasuk didalamnya memiliki kecerdasan berpikir untuk bertindak secara rasional dan berani karena memiliki wawasan yang luas.

Pendapatnya mengenai jati diri Ki Sunda atau yang biasa disebut Rawayan Jati Ki Sunda adalah yang Luhung Elmu, Pengkuh Agamana jeung Jembar Budayana, termasuk didalamnya memiliki kecerdasan berpikir untuk bertindak secara rasional dan berani karena memiliki wawasan yang luas.

Mengenai Budaya Sunda dan budaya-budaya lainnya di abad informasi dan abad internet yang mengglobal secara cepat pasti akan menimbulkan pergeseran baik yang sifatnya positif maupun negatif. Ki Sunda mempunyai kewajiban untuk mampu menyaring budaya asing yang negatif agar tidak masuk dan merasuki kehidupan masyarakat Sunda pada umumnya khususnya dari kalangan generasi muda.

Filosofi karuhun Sunda yaitu Silih Asih, Silih Asah dan Silih Asuh merupakan papagon hirup yang sangat baik sekali. Dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini kita cenderung melihat kenyataan banyak terjadi pertengkaran dan silang pendapat yang berpangkal dari kesalah pahaman antar etnis.

Menurut pandangan Pak Abung yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Badan kontak Warga Indonesia Asal Garut (WI-ASGAR), filosofi tersebut masih sangat baik. Hal itu terlihat sewaktu diadakan seminar kerjasama Curtin University dan Universitas Pasundan. Andaikata filosofi tersebut diserap oleh PBB dan diamalkan melalui babasan "hade ku omong, goreng ku omong", Insya Allah hal tersebut akan turut memberikan sumbangan kepada PBB untuk turut meredakan bentrokan/persengketaan antar bangsa.

Namun demikian filosofi tersebut harus terlebih dahulu dibuktikan keampuhannya di Indonesia sendiri.