- Ir. Achdiat DjajawinataBiarkan Hidup Bagaikan Air Mengalir
30 Aug 2001 - 12:00 am
Teknologi telekomunikasi dan informasi mengalami eskalatif. Hal ini seiring dengan datangnya millenium baru. Penemuan terbaru yang modern dan canggih seperti halnya satelit telah menjadikan umat manusia memperoleh banyak manfaat dari kehadiran teknologi tersebut. Revolusi Teknologi Telekomunikasi dan Informasi menjadikan dunia ini seolah berada dalam genggaman tangan.
Rubrik Inohong SundaNet.Com kali ini akan memperkenalkan salah seorang Putera Terbaik Tatar Sunda yang expert di bidang satelit telekomunikasi yakni Ir. Achdiat Djajawinata. Beliau adalah Sarjana Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Telekomunikasi.
Achdiat dilahirkan di Bandung pada tanggal 24 Desember 1950. Saat ini beliau menjabat Direktur Teknik Pacifik Satelit Nusantara (PSN) yang bergerak di bidang persewaan transponder satelit untuk Palapa-C dan Agilla (Satelit Philipina).
PSN memiliki satelit terbesar didunia, yang dinamai satelit Garuda. Salah satu tugas Satelit Garuda diantaranya adalah melaksanakan service handphone melalui satelit. Selain itu juga PSN menggarap satelit di kawasan pedesaan serta remote area.
Achdiat merupakan salah seorang putera-puteri pasangan Bapak Oyo Djajawinata pensiunan PJKA (dahulu DKA) dengan Ibu Rohanah asal Majalaya. Seluruh putera-puterinya yang berjumlah 11 orang semuanya berhasil dalam pendidikan.
Achdiat kecil menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Lengkong Besar Bandung. Lalu melanjutkan ke SMPN 7 Bandung, SMAN III Bandung serta ITB Jurusan Elektro. Bapak seorang putera dan 2 puteri ini hasil perkawinannya dengan Rosmayanti yang mantan karyawan TELKOM ini sering mengikuti pendidikan maupun kursus-kursus baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam hal ini khususnya menyangkut bidang telekomunikasi.
Menurut Achdiat, melalui keterlibatan sebuah satelit kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja, kapan saja serta dimana saja. Hal ini menyebabkan sebuah komunitas tidak lagi mengindahkan batas-batas lokal, akan tetapi skalanya menjadi global dan lintas batas, juga menjadikan individu atau komunitas mengalami perubahan yang mendasar dalam kehidupannya.
Achdiat pernah mengikuti pendidikan di Amerika Serikat (di salah satu Perusahaan Pabrik satelit), sebagai System Engineering. Selain itu juga pernah melakukan kunjungan ke Jepang, Belanda, Jerman (Munich), Perancis, Korea serta Singapura dalam rangka menimba ilmu bidang teknologi telekomunikasi.
Karirnya dimulai bekerja di PT. Telkom setelah lulus ITB pada tahun 1975 sebagai engineer di satelit Cibinong. Achdiat 9 tahun kemudian dipindahkan ke Kantor Pusat PT. Telkom di Bandung untuk menangani Sistem Pengembangan Komputerisasi dengan jabatan Kepala Bagian. Tahun 1983, Achdiat menjabat Direktur PT. Gratika selama 4 tahun. Kemudian Achdiat dipindahkan kembali ke PT. Telkom di Bagian Strategic Planning sebelum akhirnya menjadi General Manager Prandapem dan Direksi di PSN.
Pria yang bicaranya santun dan "low profile" ini mengatakan tidak ada hal yang aneh atau target yang muluk-muluk dalam hidupnya. Kunci sukses dalam meniti karirnya adalah hidup harus dijalani seperti layaknya air yang mengalir. Doa dari kedua orangtua serta sikap profesional didalam menjalankan tugasnya merupakan faktor penentu keberhasilannya.
"Hal ini tak lepas dari kemurahan dan kebesaran Allah SWT," tutur Achdiat.
Mengenai jumlah Pejabat Putera Daerah Sunda yang ada di PT. Telkom, Achdiat katakan jumlahnya tidak memadai dari yang seharusnya. Padahal kantor pusat PT. Telkom ada di Bandung serta ITB yang notabene mencetak Insinyur Teknik Telekomunikasi ada di Bandung.
Hal ini kemungkinan, jumlah mahasiwa yang ada di jurusannya saat Achdiat kuliah sangat sedikit yang berasal dari Putera Daerah Sunda. Dari satu angkatan palingtidak hanya sekitar 20% saja yang putera daerah Sunda, tutur Achdiat saat yang saat ini bekerja di Jakarta dan setiap akhir pekan pulang ke Bandung untuk menengok dan berkumpul bersama keluarganya.
Sebagai Orang Sunda pituin Achdiat berharap saat ini adalah waktunya orang Sunda memanfaatkan koneksi dalam segala hal seperti yang dilakukan "seke seler" lainnya. Achdiat percaya dan tahu bahwa daya juang orang Sunda pun tidak kalah dengan seler lainnya.