SENI PERTUNJUKAN BANJET

19 Sep 2001 - 6:34 am

Banjet atau kadang-kadang juga disebut Topeng Karawang merupakan suatu seni pertunjukan semacam Longser yang hidup dan berkembang di Karawang. Dalam perkembangannya Banjet mengalami perubahan, seperti Banjet Margaluyu dilengkapi dengan instrumen: Gambang, Kolenang, Saron 2 buah, Panerus serta Goong Gantung, yang semula hanya waditra-waditra yang tergabung dalam Ketuk Tilu.

Pada umumnya lakon yang dibawakan adalah si Jantuk yang mengenakan Topeng separo seperti Topeng Semar dalam Wayang Topeng. Pertengkaran si Jantuk dengan bininya diakhiri dengan kepergian bininya meninggalkan rumah.
Si Jantuk harus memelihara bayinya yang masih menetek.
Kebetulan ada janda muda yang sering datang ke rumahnya membawa pisang. Lama kelamaan mereka sadar bahwa pertemuan mereka berdua yang sembunyi-sembunyi itu tidak dibenarkan, baik oleh agama maupun adat istiadat setempat. Maka si Jantuk rujuk kembali dengan bininya.

Sewaktu bersama-sama dengan janda muda yang sering mengirim pisang untuk anaknya, si Jantuk sering melantunkan nyanyian-nyanyian dengan lirik lagu seperti ini:

Enyam, enyam Ja
pisangnya pisang raja
nyang ngasih mak Jantuk muda
anak makan bapaknya juga
Enyam, enyam plok
pisangnya pisang kepok
nyang ngasih mak Jantuk montok
anaknya makan bapaknya nyaplok


Di kala itu muncul lagi bayangan isterinya yang pergi meninggalkannya, seperti tersirat dalam lirik-lirik lagu sebagai berikut:

Tempo dulu tiker berpucuk
sekarang tiker bengkuang
tempo dulu dibujuk-bujuk
sudah sekarang dibuang-buang

Burung pelatuk teruang-uang
kasih nyaplok kolong jembatan
betul lu mak Jantuk dibuang-buang
dasar lu nyang keliwatan



Lagu-lagu lainnya yang dibawakan juga diantaranya: "Balo-balo", "Enjot-enjotan", "Kang Haji", "Layang-layang", "Oncom Lele" dan "Sarkawi". Para penari banyak yang menampilkan goyang pinggul yang erotis, goyang bahu, gerak kepala hampir tidak tampak, gerak tangan dan kaki sangat sederhana.

Penari biasanya mengenakan kembang topeng, di kepala dihiasi dengan bunga-bunga yang bergoyang-goyang dan gemerlapan. Di kiri kanan bahunya tampak toka-toka, baju tangan pendek (andong) dan mengenakan ikat pinggang (pending), dari pusar kebawah menampak kain terurai (ampreng).
Bodor terdiri dari dua orang, pertama keluar seorang bodor bercakap-cakap sendiri mengundang tawa penonton, kemudian yang kedua muncul. Ketika asyik berbicara datang seorang Ronggeng, lalu diperebutkan oleh kedua bodor itu.



* Sumber: Ensiklopedi Sunda, 2000.