Ir. RGS Soeria Danoe NingratDalam Bekerja Harus Loyal Pada Institusi Bukan Kepada Orang

17 Oct 2001 - 7:24 am

Di kalangan aktifis dan pelaku bisnis bidang Pertanian dan Perkebunan Ir. RGS Soeria Danoe Ningrat bukanlah nama yang asing. Beliau adalah salah seorang Putera Sunda yang tekun, loyal dan mempunyai prinsip yang kuat serta selalu menjaga amanah atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Sehingga tidaklah mengherankan apabila beberapa perusahaan yang dipimpinnya selalu menghasilkan nilai tambah khususnya di bidang perkebunan teh.

Ir. RGS Soeria Danoe Ningrat atau yang lebih dikenal dengan panggilan akrab Goembira ini, dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 17 Januari 1936. Ayahnya RAAM Soeria Danoe Ningrat teureuh Sumedanglarang, Sukapura dan Ciamis, pernah menjabat Bupati Sukabumi periode 1933-1942 dan diangkat kembali pada tahun 1947-1951. Sedangkan ibunya berasal dari Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Goembira menempuh pendidikan SD di Tasikmalaya sampai kelas 4. Selanjutnya pindah ke Sekolah Belanda ELS (Eropee Lagere School). Pendidikan tingkat menengah diselesaikannya di SMP dan SMA St. Aloysius Bandung. Pendidikan tingginya sendiri diselesaikan dari Fakultas Pertanian, Universitas Indonesia di Bogor, sekarang IPB, pada akhir tahun 1962.

Ketika sekolah di Bandung, Goembira dititipkan oleh orang tuanya di keluarga Belanda yang bertempat tinggal di Jl. Tirtayasa, Bandung. Dalam hal ini kedua orang tuanya menginginkan agar Goembira mandiri dan disiplin serta tekun dalam belajar. Sekolah "Zending" dikenal dengan peraturan dan disiplinnya yang ketat.

Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, pada tahun 1963-1965 Goembira bekerja di PEMDA Jawa Barat dan diperbantukan pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Pada tahun 1964 Goembira menjabat Kepala Dinas Tanaman Pangan untuk Wilayah III/Keresidenan Cirebon.

Karirnya di bidang perkebunan, dimulai pada tahun 1966 sebagai Asisten Employe di Perkebunan Malabar. Setelah melalui beberapa jenjang jabatan sebagai Employe Tanaman, pada tahun 1972 Goembira diangkat sebagai Administratur Perkebunan Malabar. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1974 dipercaya sebagai Direktur Produksi PT Perkebunan XIII di Bandung. Tahun 1978 dimutasikan ke PT Perkebunan X Lampung sebagai Direktur Utama. Dua tahun kemudian kembali ke Bandung sebagai Direktur Utama PT Perkebunan XII sampai tahun 1989.

Kemudian pada tahun 1989-1994 Goembira dipercaya menjabat Direktur Utama PT Perkebunan XIII. Tahun 1994 diangkat sebagai Direktur Utama PTP XII merangkap jabatan sebagai Direktur Utama PTP XI dan PTP XIII, dengan tugas menggabungkan ketiga PTP tersebut. Pada tahun 1996 penggabungan dari ketiga PTP tersebut dinamakan PTPN VIII atau kepanjangan dari PT Perkebunan Nusantara VIII.
Dengan selesainya penggabungan tersebut, Goembira mengakhiri kariernya di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tesebut setelah mengabdi selama 30 tahun.

Sepanjang karirnya Goembira juga pernah menjabat sebagai Komisaris Idoham AG yang berkedudukan di Hamburg (1979-1996) dan PTP Commodities Inc., New York (1989-1996). Selain itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Teh Indonesia (ATI) periode 1982-1986 dan 1989-1994. Pada tahun 1994-1998 dipercaya sebagai Ketua Dewan Pembina ATI. Goembira juga acapkali mengemban misi Ketua Delegasi RI ke pertemuan-pertemuan Intergovernmental Group on Tea/UNCTAD, Jenewa serta Delegasi ke Roma. Catatan penting dari perjalanan karier lainnya, Goembira pernah mengemban jabatan sebagai Direktur dari USA Tea Council yang berkedudukan di New York.

Ketika diminta jurus ampuh atas keberhasilannya dalam karier yang cukup panjang. Dalam hal ini telah berganti 5 Menteri yang membidangi Pertanian dan Perkebunan sebagai atasannya sepanjang karier Goembira.

Pegangan hidupnya adalah melaksanakan amanat dari orang tuanya, dimana hidup harus loyal kepada institusi bukan kepada orang. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah harus menyayangi pekerja kecil, karena mereka menggantungkan hidupnya dari kita. Kita juga harus senantiasa mengamalkan ilmu yang dimiliki.

Walaupun Goembira acapkali dinilai terlalu berani dalam mengemukakan pendapat, tetapi kepercayaan yang diberikan bisa dijalankan dengan baik. Goembira masih terlihat segar dan awet muda di usianya yang sudah menginjak bilangan tahun ke 65. Perkawinannya dengan Tita Rosita Hamzah saat ini Goembira telah dikaruniai 2 putera, 1 puteri serta 3 orang cucu.

Cukup banyak pemikiran serta karya-karya Goembira, yang telah dipresentasikan baik di dalam maupun di luar negeri. Berikut ini adalah sebagian dari judul tulisan yang pernah dipresentasikannya:


  • Investment Strategy of State Own Plantation: PNP X, diajukan pada Top Management Seminar di Ecole Superieure de Commerce de Lyon, Perancis, 1980.
  • Manajemen BUMN bidang Perkebunan, diajukan pada pertemuan anggota Chief Executive Organization (Alumni Advanced Management Programme-IMEDE/Swiss di Jogjakarta), 1983.
  • Perkebunan Inti Rakyat (PIR), pertemuan terbatas IPB Bogor, 1984.
  • Indonesia Tea Review 1972-1982, diajukan pada The U.S. Tea Convention, Bermuda, 1984.
  • The Tea Industry in Indonesia, tulisan dalam The Journal of The World Tea Trade: Tea International, edisi 1991.
  • Comparative and Competitive Advantages of Tea in Indonesia, makalah yang diajukan pada Asian Development Bank Seminar on Estate Crops Development in Asia, Jakarta, 1992.
  • Live Your Dreams, makalah diajukan pada The INSEAD Top Management Programme (AVIRA-9), Singapore, 1994.