Hasil Pencarian

Hasil pencarian untuk kata kunci pulang (16)

Upacara Adat di Kampung Naga

14 Feb 2005 - 10:35 pm

Upacara-upacara yang senantiasa dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga ialah Upacara Menyepi, Upacara Hajat Sasih, dan Upacara Perkawinan.

Upacara menyepi dilakukan oleh masyarakat Kampung Naga pada hari selasa, rabu, dan hari sabtu. Upacara ini menurut pandangan masyarakat Kampung Naga sangat penting dan wajib dilaksanakan, tanpa kecuali baik laki-laki maupun perempuan. Oleh sebab itu jika ada upacara tersebut di undurkan atau dipercepat waktu pelaksanaannya. Pelaksanaan upacara menyepi diserahkan pada masing-masing orang, karena pada dasarnya merupakan usaha menghindari pembicaraan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat. Melihat kepatuhan warga Naga terhadap aturan adat, selain karena penghormatan kepada leluhurnya juga untuk menjaga amanat dan wasiat yang bila dilanggar dikuatirkan akan menimbulkan malapetaka.

KUNINGAN: DENGAN AMANAT SEWAKA DARMA DARI PRABUGURU DARMASIKSAUpaya Memanfaatkan Nilai Budaya Lokal yang Terkandung dalam Kropak 632 sebagai Kontribusi bagi Kesejahteraan Bangsa

1 Dec 2004 - 4:12 am

Ternyata berdasarkan data historis wilayah Kuningan mempunyai kedudukan yang sangat kuat dan mendasar dalam memberi warna pada karakter Urang Sunda/Jawa Barat. Berbahagialah kita yang kini masih berkesempatan untuk menyimak, menafakuri, dan mengamalkan kearifan lokal. Meskipun sedikit terlambat bagi kita untuk mengetahui nilai-nilai kearifan nenek moyang kita.

Dalam khazanah naskah kuno Tatar Sunda, dikenal sebuah naskah dengan nama SEWAKA DARMA atau AMANAT GALUNGGUNG atau NASKAH CIBURUY (tempat ditemukannya naskah tsb, di daerah Garut) dengan kode Kropak No. 632. Ditulis di atas 7 lembar daun nipah dengan menggunakan aksara Sunda.

WANITA DENGAN PERANNYAOleh: H.R. Hidayat Suryalaga

24 Dec 2002 - 11:12 pm

Tulisan ini sebagai suatu upaya mencari "KABERKAHAN" dari peran seorang IBU/WANITA berdasarkan Folklor Sunda dan kajian kasus per kasus. Semoga bermanfaat bagi perbincangan kita dalam arus "persamaan hak dan gender" yang kini hangat dicelotehkan orang.

Tulisan yang tidak berpretensi ilmiah ini saya persembahkan kepada semua wanita, sebagai rasa hormat dan kagum kepada insan yang ditakdirkan menjadi wanita. Wacana ini penulis susun sebatas menelusuri dan mengkaji nilai-nilai luhur mengenai kedudukan dan peran wanita yang terjumpai dalam folklor Sunda. Pada akhirnya diharapkan kita semua faham bagaimana "ngalap berekah" dari insan yang ditakdirkan menjadi wanita. Bukankah kata leluhur Sunda "ARI MUNJUNG ULAH KA GUNUNG, MUNJUNG MAH KUDU KA INDUNG".

TEMBANG SUNDA LARAS SOROG I

17 Oct 2002 - 4:22 am

Tembang Sunda nu kapungkur sok disebat Cianjuran, mangrupi kasenian klasik Sunda anu henteu luntur ku usum henteu laas ku jaman. Kawitna Tembang Sunda teh mung kalangenan para santana di kabupaten sareng lingkungan anu tinangtos bae, nanging ayeuna mah parantos prah di mana-mana. Pakempelan Tembang Sunda dugdeg, meh diunggal Kabupaten aya. Anu panganyarna nyaeta pakempelan tembang Sunda ARDACANDRA, di babancong Pendopo Kabupaten Bandung.

CARITA PANTUN MUNDING KAWATI

8 Aug 2002 - 5:58 am

Dalam Carita Pantun ini, diterangkan bahwa Prabu Mundingkawati merupakan keturunan Prabu Siliwangi dan menjadi raja di Haur Doni.Prabu Mundingkawati memiliki 2 orang permaisuri yakni Ratna Sari dan Ratna Kembang. Keduanya keturunan bidadari dari kahiangan yang sama-sama sedang mengandung.Pada suatu saat kedua permaisuri bermimpi didatangi kucing candramawat yang naik ke pangkuan masing-masing, keraton rusak, negara dilanda banjir, dan raja berlayar dengan perahu diterjang angin ribut sampai tenggelam. Baginda menafsirkannya sebagai pertanda akan ada raja yang meyatakan takluk.